Rabu, 02 November 2016

#23 Hari-H Pertarungan




Hari itu adalah hari pertarungan yang telah dijanjikan.
Di pagi hari tidak ada latih tanding dengan ayah. Kami hanya berlatih gerakan-gerakan silat untuk menjaga kebugaran tubuh setelah bangun tidur. Ayah menyemangati aku sebelum duelku nanti siang dan berpesan beberapa hal. Ketika istirahat aku di dalam kelas saja menenangkan pikiran dan mental agar nanti bisa fokus dalam pertarungan serta merenungi pesan ayah.
Sepulang sekolah aku tidak langsung berangkat menuju tempat yang ditentukan tetapi menunggu agak sepi dulu. Ketika aku akan berangkat dan sudah berjalan di halaman sekolah, tiba-tiba Bunga datang dan berjalan di sampingku. Tidak seperti Mawar, Bunga bisa mengimbangi kecepatan berjalanku. Kami berangkat bersama ke tempat yang telah ditentukan. Tempat tersebut memang sepi. Aku melihat ke sekeliling untuk memastikan tidak ada orang lain yang akan melihat kami. Di situ sudah ada Agus dan teman-temannya. Yang paling depan adalah teman Agus yang telah mengalahkanku di sirkus dulu. Sepertinya dia lah pemimpin geng (kelompok) Agus dan teman-temannya tersebut. Dia yang akan melawanku dalam duel kali ini, sebagaimana yang kuharapkan.

Rabu, 26 Oktober 2016

#22 H-1 sebelum Duel




Keesokan harinya ketika berlatih tanding dengan ayah, aku berusaha lebih tepat dalam memperkirakan gerakan ayah. Aku juga berusaha mengkombinasikan beberapa jurus agar lebih sulit diperkirakan oleh ayah. Namun sampai 10 menit lebih aku tetap belum berhasil mengenai ayah. Sedangkan dalam bertahan aku sudah ada peningkatan karena aku terkena serangan ayah dalam waktu yang lebih lama dibanding kemarin walaupun masih kurang dari 10 menit.

Minggu, 18 September 2016

#21 Tantangan 10 menit


(sebelumnya #20)

Keesokan harinya latihan dengan ayah agak berbeda dengan biasanya. Ayah menjelaskan bahwa sebenarnya kemampuan silatku sudah bagus. Latihan setiap hari semenjak liburan kemarin sudah meningkatkan kemampuan silatku secara pesat. Karena aku terlihat khawatir dan meminta latihan khusus untuk menghadapi duel nanti, maka menurut ayah yang masih perlu ditingkatkan adalah mental bertarungku. Selama ini aku hanya berlatih tanding dengan ayah dan ibu untuk memperlancar penguasaan jurus sehingga tidak terlatih mental untuk memenangkan pertarungan. Ayah tidak tahu bahwa aku telah bertarung dengan Bunga dan hampir menang.
Untuk meningkatkan mental bertarungku maka mulai sekarang latihannya berbeda dengan biasanya. Latihannya adalah latih tanding dengan ayah dan berusaha berhasil menyerang ayah dalam waktu kurang dari 10 menit atau berusaha tidak terkena serangan ayah dalam waktu 10 menit. Selama ini aku berlatih tanding melawan ayah belum pernah berhasil mengenai ayah makanya ayah memberikan batasan seperti itu agar aku tertantang dalam bertarung. Selama ini dalam berlatih tanding ayah mengurangi tenaga dan menahan serangan sehingga ketika aku terkena serangan ayah tidak terlalu sakit. Namun sekarang ayah berkata bahwa dia akan menyerang dengan sungguh-sungguh sehingga aku harus benar-benar berusaha agar tidak terkena serangan ayah.

Jumat, 02 September 2016

#20 Permintaan latihan khusus

(sebelumnya #19)


Di rumah aku menceritakan pada Ayah dan Ibu bahwa aku sudah menantang Agus dan temannya untuk duel dan kami sudah berjanji untuk duel 3 hari lagi sepulang sekolah. Aku meminta pada ayah untuk melatihku secara khusus dalam rangka menghadapi Agus dan temannya, terutama temannya yang mengalahkan aku waktu itu.
Ayah menjelaskan bahwa latihan selama liburan kemarin sudah dipersiapkan untuk menghadapi Agus dan temannya. Ketika latihan aku sudah ditanya Ayah tentang gerakan silat temannya Agus, tetapi aku hanya hanya ingat gerakan terakhir yang membuatku kalah yaitu tusukan ke ulu hati dan tendangan ke kepala. Berdasarkan gerakan itu saja, Ayah tidak bisa memastikan jurus apa yang dipakai temannya Agus. Ayah juga bertanya tentang kuda-kuda (stance) temannya Agus kemudian aku memperagakan kuda-kuda (stance) temannya Agus. Ayah mengatakan bahwa jurus-jurus yang dia ketahui memakai kuda-kuda (stance) seperti itu tidak ada yang mempunyai gerakan menusuk ke ulu hati. Berdasarkan ceritaku, kemungkinan temannya Agus mengubah jurus ditengah pertarungan sehingga kuda-kuda (stance) yang dia tunjukkan di awal pertarungan bukanlah kuda-kuda (stance) dari jurus yang berhasil mengalahkanku. Karena tidak tahu secara pasti jurus yang dipakai temannya Agus jadi latihan selama liburan kemarin tidak memfokuskan pada bagaimana menghadapi jurus lawan tetapi lebih memperkuat dan memperlancar jurus kita sendiri sehingga latihannya tidak jauh berbeda dengan latihan rutin seperti biasanya.

Jumat, 26 Agustus 2016

#19 Melawan Bunga



Hari berikutnya aku tidak lagi berusaha berbicara dengan Mawar. Aku teringat perkataan Ibu waktu itu bahwa pertemananku dengan Mawar akan berbeda walaupun sudah meminta maaf. Karena tidak akan mengembalikan hubungan kami seperti semula dan karena Mawar selalu menghindar makanya kuputuskan tidak perlu memaksakan diri untuk berbicara dengan Mawar. Tinggal masalah dengan Agus.
Setelah tahu dari Andi bahwa Agus adalah kelas 2B maka ketika istirahat aku menuju lantai 2 untuk mencari Agus. Ketika melewati lorong lantai 2, murid-murid kelas 2 memandangiku karena memang jarang ada murid kelas 1 yang naik ke lantai 2. Aku tidak menemukan Agus di dalam maupun di depan ruang kelas 2B. Tiba-tiba ada yang berbicara padaku dari belakang.
“Mencari Agus, ya?”, kata suara cewek dari belakangku yang ternyata adalah Bunga. Aku menoleh.
“Iya”, jawabku singkat.
“Dia tidak di kelas, mungkin di kantin, ayo kuantar”, kata Bunga sambil menarik tanganku. Murid-murid kelas 2 memandangi aku. Aku pun melepaskan tanganku dari pegangan Bunga dan berjalan di samping Bunga.
Di kantin aku melihat Agus duduk semeja dengan Mawar. Mawar duduk disamping temannya dan Agus duduk di hadapannya. Mawar melihatku datang mendekatinya kemudian dia memalingkan wajah dan seperti pura-pura asyik mengobrol dengan Agus.
“Aku sedang ngobrol dengan teman-temanku”, kata Mawar padaku ketika aku sudah sampai di mejanya. Mungkin dia mengira bahwa aku ke kantin untuk berbicara dengannya. Aku tidak menanggapi perkataan Mawar tersebut.
“Agus, aku menantangmu dan temanmu waktu itu untuk duel ulang”, kataku ke Agus.
“Sombong banget, kamu mau dihajar lagi?”, kata Agus sinis kepadaku. Dia melihat ada Bunga di belakangku.

Jumat, 19 Agustus 2016

#18 Bertemu Bunga

(sebelumnya #17)


Hari itu hari pertama masuk sekolah setelah liburan semesteran.
Berangkat dari rumah aku sudah punya rencana bahwa aku akan menemui Mawar untuk meminta maaf dan akan menemui Agus untuk menanyakan tentang temannya. Tapi ternyata hari itu tidak berjalan sesuai dengan rencanaku.
Pagi itu sesampainya di kelas banyak murid-murid lain yang sudah datang. Mereka mengobrol (berbincang-bincang) satu sama lain kelihatan gembira mungkin karena baru bertemu setelah selama liburan tidak ketemu. Andi juga sudah datang dan kelihatan sedang mengobrol (berbincang-bincang) dengan beberapa teman di mejanya. Aku bingung mau duduk dimana karena kursi yang semeja dengan Andi sudah ada yang duduk.
“Ya, duduk sini”, panggil Andi yang sepertinya tahu bahwa aku bingung. Teman yang sedang duduk disamping Andi berdiri dan mempersilakan aku duduk. Ternyata dia duduk di tempat lain. Dia duduk di kursi tersebut hanya karena sedang mengobrol (berbincang-bincang) dengan Andi. Aku mengucapkan terima kasih dan menaruh tasku di kursi tersebut tapi aku tidak langsung duduk. Aku melihat ke sekeliling ruang kelas mencari Mawar. Terlihat Mawar sedang mengobrol (berbincang-bincang) dengan temannya. Akupun menghampirinya.
“Mawar, aku mau berbicara denganmu”, kataku.

Rabu, 10 Agustus 2016

#17 Memahami ilmu silat

(sebelumnya #16)


Hari berikutnya badanku sudah terasa agak enak, sudah berkurang rasa sakitnya. Seperti biasanya, di pagi hari setelah bangun tidur aku berlatih silat (beladiri) dengan ayah. Kami sudah biasa melakukan latihan di pagi hari seperti ini sejak dulu, sejak aku masih kecil. Selama ini aku menganggap latihan ini sebagai latihan olahraga rutin harian agar tubuh tetap sehat. Aku sudah tahu bahwa gerakan-gerakan yang kulatih setiap hari tersebut adalah gerakan-gerakan silat (beladiri) tapi selama ini pemahamanku adalah bahwa silat (beladiri) hanyalah olahraga. Aku yang bersifat kritis pernah menanyakan kenapa setiap hari olahraganya harus ada gerakan-gerakan silat (beladiri), kenapa tidak cukup dengan lari, push-up dan gerakan-gerakan olahraga pada umumnya seperti senam. Jawaban ayah dan ibu saat itu adalah bahwa agar tubuh kita terlatih untuk bergerak dan agar gerakannya lebih beragam. Selain itu dengan belajar gerakan-gerakan silat (beladiri), suatu saat akan berguna bagiku untuk membela diri. Tetapi ayah dan ibu selalu memperingatkan aku bahwa aku tidak boleh berkelahi dan tidak boleh menggunakan gerakan-gerakan silat (beladiri) yang kupelajari untuk berkelahi atau menyakiti orang lain. Aku menerima penjelasan ayah dan ibu saat itu sehingga selama ini aku berlatih silat (beladiri) tanpa banyak pertanyaan dan menerima saja apa yang diajarkan ayah dan ibu. Namun sekarang ketika aku sudah memahami bahwa silat (beladiri) adalah lebih dari sekedar olahraga beladiri, aku menjadi bersemangat untuk berlatih seakan-akan aku menemukan hal baru untuk dipelajari, seperti ketika aku bersemangat untuk belajar bola basket.
Ayah juga kelihatan lebih bersemangat. Selama ini biasanya ayah hanya mengajariku dan menyuruhku melakukan gerakan-gerakan silat (beladiri) untuk diulang-ulang dan dihafalkan tanpa menjelaskan tentang gerakan-gerakan tersebut. Sekarang ayah tidak hanya menjelaskan gerakan-gerakan silat (beladiri) tapi juga mengajari hal-hal lain terkait silat (beladiri). Mungkin karena kemarin ayah dan ibu sudah memutuskan bahwa aku sudah siap untuk memahami silat (beladiri) dan sudah berjanji mengajari banyak hal tentang silat (beladiri) secara bertahap.
Pagi itu ayah menjelaskan kepadaku dari awal tentang ilmu silat (beladiri). Ilmu silat (beladiri) adalah kemampuan untuk bertarung mengalahkan lawan. Pertarungan mengalahkan lawan berarti beradu kemampuan tubuh untuk menentukan tubuh siapa yang rusak lebih dahulu. Oleh karena itu langkah awal belajar silat (beladiri) adalah melatih kemampuan tubuh.

Rabu, 03 Agustus 2016

#16 Apa itu Duel?

(sebelumnya #15)


Aku terbangun. Kulihat ke sekelilingku mencoba mengetahui aku ada dimana. Ternyata aku terbaring di dalam sebuah tenda yang sepertinya kamar salah seorang pekerja sirkus keliling. Kepalaku masih terasa sakit. Ulu hatiku juga masih terasa sakit.
“Syukurlah kamu sudah siuman”, kata seorang cewek (pemudi) yang duduk di sampingku.
“Rumahmu dimana, Dik? Atau nomor teleponmu berapa? Biar kuhubungi keluargamu”, kata seorang pria (laki-laki) yang sepertinya pemilik kamar yang kupakai tersebut.
Akupun menyebutkan nomor telepon rumahku.
“Biar saya yang menelepon ke rumahnya dari telepon umum Pak, sekalian pamit mau pulang karena sudah malam. Terima kasih atas bantuannya Pak”, kata cewek tersebut sambil melangkah akan keluar ruangan.
“Tunggu...kamu siapa?”, tanyaku penasaran dengan suara pelan karena masih lemas.
“Tenang saja, kita masih akan bertemu lagi”, jawabnya sambil tersenyum kemudian keluar meninggalkan kami.

Senin, 25 Juli 2016

#15 Ditantang Duel

(sebelumnya #14)


Malam itu adalah malam minggu yang telah kujanjikan untuk bertemu dengan Mawar di sirkus keliling. Mulai besok sudah mulai libur semester pertama.
Aku sudah datang ke area sirkus keliling yaitu di lapangan utama kota kami. Aku pun segera menuju ke tengah lapangan ke arah tenda pertunjukan utama sirkus keliling tersebut. Ternyata aku datang bukan dari arah depan tenda utama sehingga ketika aku sampai di tenda utama aku harus berjalan memutar sepanjang pinggir tenda utama menuju bagian depan tenda utama tempat loket dan pintu masuk. Pinggir tenda utama tersebut sepi dan agak gelap. Tiba-tiba aku dihadang beberapa orang.
“Wah...ini dia orangnya, kebetulan sekali”, kata salah seorang dari mereka yang ternyata adalah Agus.
“Oh Agus, ada apa?”, tanyaku. Agus dan teman-temannya mengelilingiku seakan mau mengeroyokku.

Rabu, 29 Juni 2016

#14 Terkenang Sirkus

(sebelumnya #13)


Babak penyisihan lomba bola basket antar SMA telah selesai dan SMA kami berhasil menjadi juara dan akan mewakili kota kami masuk ke babak final. Babak final dilakukan dengan memakai sistem gugur. Akan dilakukan undian untuk menentukan SMA mana melawan SMA mana dan juga tempat pelaksanaan pertandingannya. Karena pertandingannya antar SMA yang berbeda kota maka babak final akan dilakukan ketika libur semester pertama. Minggu ini adalah minggu sebelum ujian semester pertama.
Di kelas Mawar masih sering mengajak ngobrol aku. Pertanyaan-pertanyaannya sudah mulai ke hal-hal pribadi seperti tempat dan tanggal lahir, nomor telepon rumah dan sebagainya. Dan seperti biasa, akupun menjawab pertanyaannya secukupnya. Walaupun aku tidak bertanya balik, dia juga memberitahuku tempat tanggal lahirnya, nomor telepon rumahnya dan sebagainya. Biasanya aku lebih banyak mendengarkan apa yang Mawar bicarakan karena tema pembicaraannya bukan hal yang kuminati.

Jumat, 22 April 2016

#13 Melawan murid-murid SMA 8

(sebelumnya #12)


Hari itu pertandingan terakhir SMA kami di babak penyisihan yaitu pertandingan antara SMA kami melawan SMA 8 yang dilaksanakan di lapangan bola basket SMA 8. Tim inti SMA kami terlihat lebih unggul dan menguasai pertandingan. Perbedaan skor (nilai) antara SMA kami dengan SMA 8 sudah banyak (jauh) padahal baru setengah permainan. Berdasarkan nilai klasemen sementara (urutan peringkat berdasarkan hasil pertandingan keseluruhan sampai dengan saat ini), SMA kami sudah dipastikan lolos ke babak final. Jika pertandingan kali ini menang maka SMA kami yang akan menjadi juara. Namun jika pertandingan kali ini kalah, SMA kami masih berpeluang menjadi juara atau menjadi runner up, tergantung hasil pertandingan SMA lain yang saat ini secara klasemen sementara menduduki peringkat nomor 2 (runner up). Berdasarkan hal-hal tersebut dan untuk memberi pengalaman bertanding para pemain cadangan, akhirnya sebelum babak terakhir bapak guru mengganti semua pemain sehingga yang bertanding adalah kami para pemain cadangan. Akhirnya aku diturunkan untuk bermain.
Aku masuk lapangan sebagai point guard. Saatnya tim SMA kami melakukan serangan (offense). Aku membawa bola dari garis belakang sedangkan pemain tim SMA 8 dan teman-teman tim SMA kami sudah berlari ke depan ke daerah tim SMA 8, sehingga tidak ada yang menggangguku dalam mebawa bola. Aku berpikir karena tidak ada yang menggangguku, aku bisa melakukan shooting dengan mudah. Akhirnya, walaupun masih jauh akupun melakukan shooting dengan persiapan yang cukup antara posisi tubuh, tangan, lengan, tenaga dan tingkat konstraksi otot. Aku sudah berlatih melakukan shooting dari berbagai macam jarak, jadi aku yakin bisa memasukkan bola walaupun dari jarak sejauh itu. Orang-orang pada berteriak kaget. Bolaku melambung mengarah ke ring lawan. Namun tiba-tiba sebelum sampai ke ring lawan bolaku ditangkap pemain lawan yang melompat. Lawan langsung balik melakukan serangan. Pemain lawan tersenyum seakan mengejek kebodohanku. Penonton banyak yang tertawa dan mengolok-olok kebodohanku. Akupun menyadari kesalahanku. Karena jarak lemparan yang jauh, sehingga kemungkinan lemparan bolaku dipotong di tengah jalan menjadi lebih mudah. Tapi aku harus segera kembali fokus ke permainan karena lawan sudah datang menyerang. Karena kejadian tadi begitu mengagetkan sehingga teman-teman tim SMA kami telat untuk kembali untuk bertahan (defense) sedangkan lawan sudah melakukan serangan balik (counter attack) dengan cepat. Aku yang masih di belakang menjadi penghadang satu-satunya. Akhirnya pembawa bola dari tim lawan berhadapan 1 lawan 1 denganku. Dengan kecepatan penglihatan, kecepatan gerak, kecepatan bereaksi dan kecepatan berpikir milikku serta pengalamanku dalam latih tanding melawan tim inti, aku memperkirakan kemungkinan arah gerakan lawan tersebut dengan memperhitungkan posisi teman-teman setimnya. Mungkin karena meremehkan aku sehingga bolanya bisa kurebut dengan mudah sebelum dia sempat mengoper ke teman setimnya. Setelah kurebut bolanya, sebelum lawan mendekatiku bola sudah kuoper ke teman setimku yang sedang bebas dari penjagaan dan akhirnya dia bisa memasukkan bola ke ring lawan dengan mudah. Suara tawa dan ejekan dari penonton sudah tidak terdengar diganti dengan suara sorakan dan tepuk tangan seakan memujiku.
Ketika aku berhadapan 1 lawan 1 dengan pembawa bola, beberapa kali aku bisa merebut bola atau memotong operan bola dan membalikkan serangan (counter attack) sehingga selisih skor semakin jauh. Tim lawan sepertinya sudah mulai menyadari sehingga pembawa bola cepat-cepat mengoper bola ketika aku mendekat. Ketika aku yang membawa bola, aku bisa melewati lawan yang menjagaku sendirian. Tim lawan sepertinya juga sudah mulai menyadari sehingga ketika aku membawa bola selain orang yang menghadangku, ada temannya yang membantu menutup arah gerakku. Akhirnya aku bilang ke Andi untuk tukar posisi. Waktu sudah hampir habis tapi perbedaan skor (nilai) masih terlalu jauh sehingga tim lawan sepertinya sudah mulai berkurang semangatnya. Di detik-detik akhir ketika waktu sudah hampir habis, setelah menyerang, tim lawan sudah tidak buru-buru ke belakang untuk bertahan (defense). Aku yang membawa bola dari belakang melihat kesempatan itu maka aku kembali berpikir untuk melakukan shooting dari jarak jauh. Akhirnya aku melakukan shooting dari jarak jauh. Tim lawan yang melihat bola melambung buru-buru lari ke belakang dan berusaha menangkap bola tersebut sebelum sampai ke ring namun tidak ada yang berhasil mengganggu lajunya bola, akhirnya bola masuk ke ring lawan. Tim lawan sudah tidak sempat lagi melakukan serangan karena waktu sudah habis. Akhirnya pertandingan selesai dengan kemenangan tim SMA kami.
Kami bersorak gembira. Teman-teman anggota klub bola basket SMA kami yang jadi penonton juga ikut mendekat dan berkumpul saling menyalami dan menyelamati kemenangan kami, termasuk Agus. Setelah itu acara seremonial (upacara) pemberian piala gelar juara pertandingan bola basket antar SMA sekota A yang hanya diikuti oleh tim SMA kami dan ditonton beberapa orang saja terutama anggota klub bola basket SMA kami. Tim dari SMA 8 dan para penonton lain sudah pulang. Mereka tidak ikut melihat acara seremonial. Setelah itu bapak guru pulang dan mempersilakan kami pulang ke rumah masing-masing seperti biasanya. Aku pun mau pulang tetapi ada yang usul anggota klub bola basket merayakan kemenangan dengan makan-makan bersama. Aku bilang aku tidak ikut.
“Iya tahu, kamu sudah ada yang menunggu kan?”, kata Andi menggodaku sambil memberi isyarat untuk melihat ke arah dekat pintu keluar. Ternyata ada Mawar berdiri di sana seakan menunggu seseorang. Aku pun pulang duluan tidak ikut teman-teman klub bola basket SMA-ku untuk merayakan kemenangan.
“Kukira kamu sudah pulang”, kataku ke Mawar ketika aku berjalan keluar melewati tempat dia berdiri.
“Aku menunggumu, aku mau pulang bareng kamu”, kata dia sambil berjalan di sisiku. Aku terpaksa melambatkan jalanku mengimbangi kecepatan berjalan Mawar.
Jalan dari keluar lapangan bola basket SMA 8 ke tempat angkutan umum agak jauh dan sudah agak sepi. Hanya terlihat beberapa murid SMA 8 yang mugkin baru pulang dari kegiatan ekstrakurikuler. Mawar mulai mengajak ngobrol (berbincang-bincang) tentang pertandingan tadi. Dia berbicara dengan semangat memuji permainanku dan mengolok-olok penonton yang awalnya menertawaiku. Aku merasa tidak enak membicarakan hal itu karena masih ada beberap murid SMA 8 di sekitar situ.
“Sssttt”, kataku ke Mawar memberinya kode ntuk berhenti bicara tentang pertandingan tadi.
“Hey cantik”, terdengar suara beberapa orang menggoda Mawar. Ternyata ada 4 orang cowok (pemuda) dengan seragam SMA 8 di pinggir jalan.
“Apaan sih?”, jawab Mawar dengan nada sinis. Sepertinya dia tidak suka disapa begitu.
“Sudah biarin aja, ayo cepat jalan”, bisikku ke Mawar sambil mempercepat jalanku.
“Hey! sombong banget sih”, kata salah satu dari mereka.
“Dari seragamnya mereka dari SMA 1 ya?”, kata yang lain.
“Iya. Jangan-jangan dia yang katanya tadi mempermalukan tim basket SMA kita?”, kata yang lain lagi.
“Iya, Arya ini yang tadi membuat tim basketmu kewalahan”, kata Mawar dengan nada mengejek. Aku menengok ke arah Mawar untuk mencegah dia ngomong begitu misalnya dengan menutup mulutnya tapi tidak sempat karena ternyata Mawar tertinggal di belakangku.
“Hey! apa kau bilang?”, kata mereka sambil berlari dan akhirnya mengepung kami. Aku langsung menarik tangan Mawar agar dia dekat denganku. Mawar tampak kaget dan takut.

Jumat, 15 April 2016

#12 Masa-masa lomba bola basket


(sebelumnya #11)
 

Lomba bola basket antar SMA ini terdiri dari dua putaran (babak) yaitu babak penyisihan dan babak final. Babak penyisihan dilakukan dengan sistem setengah kompetisi jadi setiap SMA melawan semua SMA lain di kotaku. Diambil 2 SMA dengan nilai teratas (yaitu yang menjadi juara dan runner up di kotaku) untuk bisa maju ke babak final mewakili kotaku. Jadwal pertandingan telah diatur sehingga tidak ada SMA yang bermain dua hari berturut-turut agar ada waktu istirahat.
Hari itu adalah hari setelah pertandingan pertama kemarin. Di kelas Mawar mengajak ngobrol aku. Dia minta maaf tidak bisa datang menonton dan menanyakan bagaimana pertandingan bola basket kemarin. Aku menceritakan bahwa pertandingannya seru tetapi akhirnya SMA kami yang menang. Mawar kelihatan antusias (memperhatikan dengan semangat) ceritaku. Aku juga menceritakan bahwa aku tidak diturunkan sama sekali untuk bermain. Dia seakan-akan berusaha menghiburku dan mengatakan bahwa dia yakin aku pandai bermain bola basket hanya belum diberi kesempatan saja. Dia juga menanyakan jadwal pertandingannya kapan dan dimana dan berjanji akan menonton.
Sepulang sekolah tidak ada kegiatan klub bola basket sehingga aku langsung pulang ke rumah dan berlatih sendiri bola basket di rumah.
Hari-hari selanjutnya kurang lebih sama. Aku belum pernah diturunkan untuk bermain. Sedangkan pemain cadangan lain yaitu 3 orang anggota tim cadangan dari kelas 2 dan Andi sudah pernah diturunkan untuk bermain menggantikan anggota tim inti, walaupun mungkin tidak terlalu lama, hanya ketika ada tim inti yang kelelahan. Di bangku cadangan aku selalu memperhatikan jalannya pertandingan. Semakin aku memperhatikan akhirnya aku menyimpulkan bahwa tim inti klub bola basket SMA kami memang kuat. Tim inti klub bola basket SMA kami menang terus dalam setiap pertandingan. Memang ada SMA yang perlawanannya sengit tapi akhirnya SMA kami yang menang walaupun perbedaan skornya (nilainya) sedikit (tipis) atau tidak terlalu jauh.
Pertandingan bola basketnya kadang dilakukan di lapangan bola basket SMA lawan, kadang dilakukan di lapangan bola basket SMA kami. Ketika pertandingan bola basketnya dilakukan di lapangan bola basket SMA kami, Mawar selalu datang untuk menonton. Sedangkan ketika pertandingan bola basketnya dilakukan di lapangan bola basket SMA lawan, Mawar kadang datang untuk menonton kadang tidak datang. Agus selalu datang untuk menonton. Pulang dari menonton pertandingan, Mawar tidak pulang bersamaku naik angkutan umum. Mungkin dia diantar dan dijemput oleh sopirnya atau berangkat dan pulang bersama teman-temannya.
Pernah ketika aku sedang memperhatikan pertandingan di bangku cadangan, Andi tiba-tiba bilang padaku “lihat tuh ditempat penonton”. Aku mengira yang dimaksud Andi adalah bahwa Mawar datang menonton pertandingan, makanya aku diam saja, karena aku sudah tahu bahwa Mawar memang datang menonton.
“Lihat tuh Mawar ngobrol dengan siapa”, kata Andi sambil memberi isyarat agar aku melihat ke arah penonton. Aku pun melihat ke arah penonton. Ternyata Mawar terlihat sedang mengobrol (berbincang-bincang) dengan Agus yang ada di sampingnya. Mereka terlihat mengobrol (berbincang-bincang) dengan asyik dan sesekali mereka tertawa.
“Kamu gak cemburu?”, tanya Andi. Aku diam saja karena saat itu aku masih belum paham apa itu yang dimaksud cemburu. Melihat aku diam saja, Andi pun lalu diam tidak melanjutkan pembicaraan tentang hal tersebut.