Minggu, 18 September 2016

#21 Tantangan 10 menit


(sebelumnya #20)

Keesokan harinya latihan dengan ayah agak berbeda dengan biasanya. Ayah menjelaskan bahwa sebenarnya kemampuan silatku sudah bagus. Latihan setiap hari semenjak liburan kemarin sudah meningkatkan kemampuan silatku secara pesat. Karena aku terlihat khawatir dan meminta latihan khusus untuk menghadapi duel nanti, maka menurut ayah yang masih perlu ditingkatkan adalah mental bertarungku. Selama ini aku hanya berlatih tanding dengan ayah dan ibu untuk memperlancar penguasaan jurus sehingga tidak terlatih mental untuk memenangkan pertarungan. Ayah tidak tahu bahwa aku telah bertarung dengan Bunga dan hampir menang.
Untuk meningkatkan mental bertarungku maka mulai sekarang latihannya berbeda dengan biasanya. Latihannya adalah latih tanding dengan ayah dan berusaha berhasil menyerang ayah dalam waktu kurang dari 10 menit atau berusaha tidak terkena serangan ayah dalam waktu 10 menit. Selama ini aku berlatih tanding melawan ayah belum pernah berhasil mengenai ayah makanya ayah memberikan batasan seperti itu agar aku tertantang dalam bertarung. Selama ini dalam berlatih tanding ayah mengurangi tenaga dan menahan serangan sehingga ketika aku terkena serangan ayah tidak terlalu sakit. Namun sekarang ayah berkata bahwa dia akan menyerang dengan sungguh-sungguh sehingga aku harus benar-benar berusaha agar tidak terkena serangan ayah.

Kami pun mulai bertarung, namun dalam beberapa menit akhirnya aku terkena serangan ayah sampai terjatuh. Ayah lalu bilang bahwa latihan dihentikan karena aku sudah kalah. Lagipula aku harus menjaga tubuhku jangan sampai terluka untuk menghadapi duelku. Aku bilang ke ayah bahwa aku tidak apa-apa. Walaupun terasa sakit karena terkena serangan ayah tapi aku tidak terluka dan masih bisa melanjutkan pertarungan. Selain itu, walaupun aku kalah dalam hal bertahan, tapi aku belum kalah dalam hal menyerang. Akhirnya ayah menyetujui untuk melanjutkan pertarungan tapi kali ini ayah hanya bertahan dan tidak menyerang balik, karena hanya untuk menentukan apakah aku sanggup mengenai ayah dalam 10 menit. Dan ternyata sampai 10 menit lebih, sampai selesai latihan aku belum berhasil mengenai ayah.
Di sekolah ketika istirahat aku hanya di kelas memikirkan pertarunganku dengan ayah dan mencoba memahami kenapa aku sampai terkena serangan ayah. Sepulang sekolah setelah agak sepi dan setelah aku bilang ke Andi bahwa aku tidak ikut latihan bola basket, aku menuju lantai dua mencari Bunga tetapi aku tidak menemukan Bunga di lantai dua. Aku lalu mencari di atas gedung tetapi aku juga tidak menemukan Bunga disana. Aku mencari Bunga untuk belajar jurus menghindar miliknya. Karena tidak menemukan Bunga, aku lalu pulang ke rumah.
Sore harinya aku meminta ibu untuk berlatih silat melawanku dengan memakai aturan yang sama dengan ketika berlatih dengan ayah tadi pagi yaitu 10 menit berusaha agar seranganku dapat mengenai ibu dan 10 menit bertahan agar tidak terkena serangan ibu. Jurus silat tangan kosong yang dikuasai ibu kurang lebih sama dengan ayah dan sama dengan yang kupelajari. Jadi yang menentukan dalam pertarungan ini adalah perbedaan dalam kemampuan tubuh dan kemampuan memakai jurus dalam pertarungan. Dari segi kekuatan serta jangkauan tangan dan kaki aku lebih unggul daripada ibu. Sedangkan untuk kemampuan tubuh yang lain aku tidak tahu dengan pasti karena aku belum menyaksikan ibu bertarung dengan serius mengeluarkan seluruh kemampuannya.
Aku bersiap dan melakukan kuda-kuda untuk jurus yang sulit. Ibu hanya memakai kuda-kuda biasa atau umum (standard stance). Kuda-kuda umum yaitu kuda-kuda yang umum digunakan dan tidak terkait jurus tertentu atau aliran bela diri tertentu. Dengan kuda-kuda umum seperti itu maka gerakan silat untuk serangan awal yang mungkin dilakukan adalah bukan gerakan silat yang sulit sehingga kemungkinan jurus yang akan digunakan bukan jurus yang sulit. Aku heran kenapa ibu hanya memakai kuda-kuda umum. Padahal ibu melihatku memakai kuda-kuda untuk jurus yang sulit. Apakah ibu tidak serius dan hanya akan menyerangku dengan jurus yang mudah.
Aku menyerang ibu lebih dulu menggunakan jurus yang sulit. Ibu bisa menghindari seranganku namun tidak balas menyerang. Aku terus menyerang ibu secara bertubi-tubi tapi ibu selalu berhasil menghindar. Setelah beberapa menit aku menyadari bahwa ibu hanya menghindar terus tanpa berusaha menyerang balik padahal ada kesempatan. Pantas saja ibu memakai kuda-kuda umum karena dari awal memang tidak berencana menyerangku. Akhirnya aku hentikan seranganku dan bertanya ke ibu kenapa tidak menyerang balik.
“Bu, yang serius dong. Kenapa tidak menyerangku? Kan biar aku punya pengalaman bertarung sungguhan”, tanyaku ke ibu dengan nada agak sedikit protes.
“Ibu kan sudah serius, buktinya kamu belum bisa meyerang ibu”, jawab ibu sambil tersenyum.
“Tapi kenapa tidak menyerang balik?”, tanyaku lagi.
Ibu lalu menjelaskan secara panjang bahwa dalam pertarungan sesungguhnya ada juga yang bersikap pasif dengan lebih banyak menghindar atau menangkis. Biasanya orang yang seperti itu menunggu benar-benar punya kesempatan bagus untuk melakukan satu serangan tapi yang berbobot (kuat) yaitu satu serangan yang langsung bisa merobohkan (mengalahkan) lawan. Biasanya orang yang seperti itu percaya diri dengan kemampuannya menghindari serangan. Dia bersikap pasif biasanya sambil mengamati jurus lawan untuk mempelajari perubahan gerakannya dan mencari kelemahannya sehingga bisa mendaratkan serangan (membuat serangannya mengenai lawan) yang berbobot (kuat) sehingga bisa langsung melumpuhkan (mengalahkan) lawan. Tujuan duel tidak hanya mengadu jurus tetapi juga mempelajari gerakan-gerakan silat baru yang mungkin bisa menambah kemampuan silat yang sudah dimiliki.
“Lagipula sakit di badanmu karena serangan ayah tadi pagi masih terasa kan? Ibu tidak ingin menambahinya. Kamu kan harus menjaga kondisi untuk duelmu”, kata ibu.
Akhirnya pertarungan dilanjutkan seperti tadi pagi setelah aku kena serangan ayah yaitu hanya untuk menentukan apakah seranganku bisa mengenai ibu dalam waktu 10 menit. Aku kembali menyerang ibu dengan jurus yang tadi. Ibu masih bisa terus menghindar. Aku merubah jurusku tetapi ibu tetap bisa menghindari. Aku perhatikan gerakan menghindar ibu hampir bersamaan dengan gerakan menyerangku. Tidak seperti Bunga yang menghindari seranganku di saat-saat terakhir setelah serangan kulakukan. Akhirnya aku menyadari bahwa ibu mengetahui semua jurusku sehingga dia dapat memperkirakan seluruh gerakanku dan dapat menghindari seranganku. Setelah lebih dari 10 menit aku belum berhasil mengenai ibu, maka ibu menghentikan pertarungan. Aku masih kepikiran dengan bagaimana melawan ibu atau ayah yang mengetahui seluruh jurusku, tapi ibu bilang nanti saja tanya ke ayah karena ibu masih harus menyelesaikan pekerjaan rumah.
Malam harinya aku menanyakan hal tersebut kepada ayah.
“Yah, ayah kan mengetahui seluruh jurusku, sehingga ketika bertarung, ayah bisa memperkirakan seluruh kemungkinan gerakan yang akan kulakukan. Berarti, mana mungkin aku bisa mengalahkan ayah?”, tanyaku ke ayah.
“Kamu kan tahu seluruh jurus ayah, tapi ayah bisa mengalahkanmu”, kata ayah yang dilanjutkan dengan penjelasan yang panjang.
Ayah mengingatkan tentang sejarah terbentuknya jurus yaitu rangkaian gerakan silat yang dilakukan untuk melawan gerakan silat (atau rangkaian gerakan silat) lawan. Berarti untuk dapat menerapkan jurus secara tepat (optimal) harus mengetahui gerakan lawan tersebut atau setidaknya bisa memperkirakan. Lawan adalah obyek yang bergerak. Dalam hal menyerang agar jurus kita bisa mengenai sasaran (akurasi) maka harus bisa mengetahui atau memperkirakan gerakan lawan. Dalam hal bertahan, agar jurus untuk menghadapi serangan bisa berhasil maka harus mengetahui atau memperkirakan gerakan lawan. Jadi inti dari pertarungan adalah bagaimana menebak atau memperkirakan gerakan lawan sehingga gerakan silat yang kita lakukan bisa tepat.
Memang dengan mengetahui jurus lawan maka jadi bisa memperkirakan kemungkinan gerakan lawan. Tetapi ada jurus-jurus, terutama jurus yang sulit, yang mempunyai perubahan gerakan yang banyak sehingga dari suatu posisi ada beberapa kemungkinan gerakan. Ada juga lawan yang menguasai beberapa jurus dan selama bertarung berubah gerakan silatnya dari jurus satu ke jurus lain sehingga kemungkinan gerakannya tidak mudah ditebak. Walaupun bisa memperkirakan kemungkinan gerakan lawan, namun gerakan dalam pertarungan sangat cepat sehingga harus bisa berpikir dengan cepat dan diperlukan kecepatan penglihatan, kecepatan reaksi dan kecepatan bergerak untuk bisa menerapkan gerakan silat yang tepat. Jadi walaupun aku sudah tahu semua jurus ayah tapi karena salah memperkirakan (mengatisipasi) gerakan silat ayah maka aku terkena serangan ayah. Sedangkan ayah dan ibu bisa memperkirakan semua gerakanku sehingga aku tidak berhasil menyerang ayah dan ibu.
Walaupun belum mengetahui jurus lawan, inti pertarungan tetap sama yaitu bagaimana memperkirakan gerakan lawan dan menerapkan gerakan silat yang tepat untuk menghadapinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar