Senin, 11 Desember 2017

#30 Bermain Sepak Bola




Ternyata Bunga mengajakku ke lapangan sepak bola umum di luar sekolah untuk mengikuti kegiatan klub sepak bola. Klub sepak bola sekolah kami latihan di lapangan sepak bola di luar sekolah karena sekolah kami tidak punya lapangan sepak bola.
Aku dan Bunga mendekati sekumpulan murid-murid SMA kami yang sudah berganti pakaian dan sepatu siap untuk latihan sepak bola. Bunga menyapa salah satu murid yang sepertinya sudah dia kenal. Bunga menanyakan apakah kami boleh ikut latihan sepak bola.

Rabu, 26 Juli 2017

#29 Saran dari Bunga




Di sekolah aku memikirkan penjelasan ayah tadi dan mencoba untuk memahaminya. Aku masih penasaran bagaimana cara mengalahkan ayah dalam tantangan 10 menit. Pada waktu istirahat ketika aku sedang memikirkan sambil menuliskan penjelasan-penjelasan ayah di bukuku, tiba-tiba Bunga sudah berada di dekat mejaku.
“Nulis diary ya?”, tanya Bunga tiba-tiba sambil mengambil buku tulisku tersebut.
“Jangan..”, kataku berusaha merebut kembali buku tersebut tapi Bunga menghindar. Dia membaca tulisan-tulisanku (coretan-coretanku) sambil tersenyum menggodaku. Akhirnya kubiarkan Bunga membacanya.

Kamis, 22 Juni 2017

#28 Tahapan berlatih silat


Pagi hari berikutnya ketika latih tanding dengan ayah aku teringat saran Bunga tersebut.
Ayah menyerangku lebih dulu dengan jurus yang tidak terlalu sulit. Aku menghadapinya dengan jurus yang lebih sulit yang seharusnya bisa mengalahkan jurus ayah tersebut. Sambil bertarung, aku perhatikan gerakan ayah. Karena aku mengetahui jurus ayah jadi aku bisa memperkirakan gerakan ayah selanjutnya. Tapi ternyata seranganku yang kukira akan mengenai ayah, bisa ditangkis oleh ayah dan ayah bisa menyerang balik mengenaiku dengan gerakan yang tidak kuduga. Setelah serangan ayah mengenaiku, kamipun berhenti bertarung.

Senin, 08 Mei 2017

#27 Melawan Pelatih Silat




Siang itu sepulang sekolah aku menuju ke halaman belakang sekolah untuk melihat ekskul silat*. Ekskul silat agak berbeda dengan ekskul lain yang ada di SMA-ku. Untuk bisa mengikuti ekskul silat, selain harus mendaftar, murid-murid SMA-ku harus membayar uang keanggotaan setiap bulan untuk membayar gaji pelatih silat yang didatangkan dari luar sekolah. Jadi pelatih yang menjadi guru pembimbingnya bukan guru yang mengajar di SMA-ku.
(*penyadur: dipakai istilah silat untuk menyamarkan jenis beladiri yang diajarkan dalam ekstrakurikuler tersebut.)

Jumat, 17 Februari 2017

#26 Berusaha menemui Bunga




Ide lain agar aku bisa mengalahkan tantangan 10 menit ini adalah dengan belajar jurus asli yang dipakai Bunga, karena waktu melawan aku, serangan Bunga berhasil mengenaiku, walaupun itu karena aku sengaja tidak menghindar. Untuk itu di sekolah aku berusaha menemui Bunga. Tapi sepertinya Bunga susah untuk ditemui. Beberapa kali sepulang sekolah aku mencari Bunga di atas gedung namun aku tidak ketemu Bunga. Agar tidak terlihat orang, biasanya aku ke atas gedung setelah sudah agak sepi, tidak langsung setelah bel tanda pulang sekolah berbunyi, sehingga mungkin Bunga sudah terlanjur pulang ke rumah. Aku berusaha mencari Bunga di kelasnya setelah pulang sekolah juga tidak ketemu karena aku mencarinya setelah agak sepi. Aku belum berusaha mencari Bunga di kelasnya ketika jam istirahat atau ketika sepulang sekolah langsung setelah bel berbunyi karena aku tidak ingin dilihatin (dipandangi) murid-murid kelas 2 seperti ketika aku mencari Agus ke kelasnya waktu itu, apalagi yang kucari sekarang adalah murid cewek.

Rabu, 01 Februari 2017

#25 Latihan Paska Duel




Setelah sembuh dari lukaku, walaupun sudah tidak berlatih untuk persiapan duel, aku meminta pada ayah agar latihan silatku tetap memakai tantangan 10 menit. Ayah menyetujui permintaanku tersebut.
Hari-hari selanjutnya, kegiatanku kurang lebih sama.
Di pagi hari aku berlatih tanding dengan ayah. Sesuai penjelasan ayah waktu itu, dengan kecepatan penglihatan, kecepatan reaksi dan kecepatan bergerak, aku harus bisa memperkirakan gerakan lawan dan menerapkan gerakan silat yang tepat untuk menghadapi lawan. Aku berusaha menerapkan hal tersebut setiap kali menghadapi ayah, tapi aku merasa latihan tantangan 10 menit ini tidak ada perkembangan. Aku belum berhasil mengenai ayah dalam waktu 10 menit dan aku selalu terkena serangan ayah dalam waktu kurang dari 10 menit. Aku sudah mulai terbiasa atas rasa sakit karena terkena serangan ayah. 

Jumat, 27 Januari 2017

#24 Ditelepon Bunga




Libur akhir pekan kugunakan untuk istirahat dan menyembuhkan lukaku. Karena tidak bisa berlatih silat maka aku gunakan untuk mempelajari kembali pemahamanku tentang silat dari tulisan-tulisanku sebelumnya serta menambahkan tulisan untuk hal-hal yang baru kupahami. Aku juga mencoba mengingat-ingat dan mencoba menganalisis jurus yang dipakai temannya Agus pada saat duel kemarin. Ketika mengingat-ingat tersebut, entah kenapa aku jadi melamun dan teringat Bunga.
“Arya, ada telepon”, panggil ibu membuyarkan lamunanku. Aku pun menuju ke tempat telepon dan mengambil gagang telepon yang telah diletakkan ibu.
“Hari libur begini kamu tidak main kemana gitu?”, tanya penelepon tersebut tiba-tiba setelah aku bilang halo di telepon. Ternyata yang menelepon adalah Bunga. Dia tahu nomor telepon rumahku ketika menolongku di sirkus.
“Ya nggak lah”, jawabku sambil keheranan bercampur senang.
“Badanku masih terasa sakit jadi aku istirahat aja di rumah”, lanjutku menjelaskan.
“Kasihan deh…”, kata Bunga seakan ngeledek (menggoda/mengejek).
“Ya sudah kalau begitu. Daah…”, kata Bunga mengakhiri pembicaraan.
“Hei…”, belum sempat aku ngomong lebih lanjut telepon sudah terputus.
“Ada apa? Siapa cewek yang menelepon tadi?”, tanya ibu penasaran karena melihatku keheranan.
Aku pun menceritakan dengan singkat bahwa yang menelepon tadi adalah Bunga. Dia yang menolongku sewaktu di sirkus dan menelepon ke rumah, yang ternyata adalah kakak kelas di SMA. Dia yang mengantarku menantang Agus. Dia juga menjadi saksi duelku kemarin. Aku tidak menceritakan tentang bagaimana Bunga menguji (mengetes) keseimbangan tubuhku dan ilmu silatku. Ibu bertanya kenapa Bunga bisa jadi saksi duelku? Aku menjawab bahwa dia sendiri yang ingin ikut. Kemudian aku menceritakan percakapan teleponku tadi ke ibu. Ibu hanya tersenyum.
“Dia sepertinya baik dan perhatian padamu”, kata ibu sambil tersenyum. Aku hanya diam karena kurang paham maksud ibu.
“Dia meneleponmu karena khawatir dan ingin tahu keadaanmu. Tapi dia tidak ingin menunjukkan secara langsung sehingga dia bertanya seperti itu, sekaligus untuk menghiburmu. Makanya ibu bilang dia perhatian padamu”, lanjut ibu menjelaskan.


Rabu, 25 Januari 2017

...1 year after

Tidak terasa sudah berganti tahun.
Tahun lalu update nya sering tertunda karena kesibukan.
Semoga tahun ini lebih lancar.