Jumat, 17 Februari 2017

#26 Berusaha menemui Bunga




Ide lain agar aku bisa mengalahkan tantangan 10 menit ini adalah dengan belajar jurus asli yang dipakai Bunga, karena waktu melawan aku, serangan Bunga berhasil mengenaiku, walaupun itu karena aku sengaja tidak menghindar. Untuk itu di sekolah aku berusaha menemui Bunga. Tapi sepertinya Bunga susah untuk ditemui. Beberapa kali sepulang sekolah aku mencari Bunga di atas gedung namun aku tidak ketemu Bunga. Agar tidak terlihat orang, biasanya aku ke atas gedung setelah sudah agak sepi, tidak langsung setelah bel tanda pulang sekolah berbunyi, sehingga mungkin Bunga sudah terlanjur pulang ke rumah. Aku berusaha mencari Bunga di kelasnya setelah pulang sekolah juga tidak ketemu karena aku mencarinya setelah agak sepi. Aku belum berusaha mencari Bunga di kelasnya ketika jam istirahat atau ketika sepulang sekolah langsung setelah bel berbunyi karena aku tidak ingin dilihatin (dipandangi) murid-murid kelas 2 seperti ketika aku mencari Agus ke kelasnya waktu itu, apalagi yang kucari sekarang adalah murid cewek.
Suatu hari karena aku sudah kehabisan ide untuk mengalahkan tantangan 10 menit maka ketika jam istirahat aku bulatkan tekadku (memberanikan diri) mencari Bunga di kelasnya. Seperti dugaanku, ketika aku naik ke lantai 2, murid-murid kelas 2 memandangi aku seakan curiga. Sampai di pintu kelas Bunga, aku lihat Bunga sedang asyik ngobrol (berbincang-bincang) dengan teman-teman ceweknya. Aku tidak mau mengganggunya sehingga aku tidak jadi masuk ke kelasnya dan segera kembali turun ke kelasku.
Sepulang sekolah, setelah agak sepi, kembali aku mencari Bunga ke atas gedung berharap bisa menemui Bunga di sana. Ketika aku menaiki tangga ke atas gedung, terdengar suara orang mengobrol (berbincang-bincang) sehingga aku penasaran siapa yang diajak ngobrol oleh Bunga. Sesampainya aku di atas gedung terlihat murid-murid cowok sedang berdiri bersandar di tembok pembatas sambil merokok. Ada 4 orang murid cowok, tidak terlihat ada Bunga di atas gedung. Mereka melihatku datang ke atas gedung langsung berteriak memanggilku dan mendekatiku.
“Hei, siapa kamu?”, tanya salah seorang dari mereka.
“Kamu anak kelas 1 ya?”, tanya murid yang lain.
“Ngapain kesini? Awas ya kalau melaporkan ke pak guru”, tanya yang lain lagi bernada mengancam. Aku diam saja tidak menjawab pertanyaan mereka yang bertubi-tubi.
“Kamu punya uang kan? Mana uangmu”, tanya yang lain lagi sambil berusaha meraih diriku mau menggeledahku. Aku bergerak menghindar.
“Hei, mau ngelawan?”, katanya sambil berusaha meraih bajuku tapi kutangkis. Melihatku menangkis tangan tersebut, mereka semua kelihatan marah dan menyerangku.
Posisi mereka tidak ada yang di belakangku sehingga aku dapat melihat keempat serangan yang hampir bersamaan tersebut. Serangan mereka hampir sama yaitu berupa pukulan ke arah wajah atau kepala. Aku menghindar ke bawah sambil memukul dengan tangan kananku ke arah dada salah seorang dari mereka dan menyikut dengan tangan kiriku ke arah perut yang lainnya, kulanjutkan dengan menendang perut dan dada dua orang lainnya. Mereka terhuyung ke belakang sambil memegangi dada atau perut mereka yang sakit. Mereka terlihat semakin marah. Sepertinya mereka masih akan menyerangku. Sebelum mereka menyerang, kuputuskan untuk menyerang terlebih dulu. Satu persatu mereka kuserang mulai dari yang terdekat yaitu yang paling kiri sampai yang paling kanan. Aku gunakan gerakan silat yang dapat menjatuhkan mereka dengan cepat namun tidak sampai membuat luka parah. Keempat orang tersebut jatuh ke lantai sambil kesakitan. Sebelum mereka bangun (berdiri) aku segera turun dari atas gedung meninggalkan mereka.
Ketika aku berjalan mau keluar dari sekolah, tiba-tiba Bunga memanggilku. Kemudian dia menyusul berjalan di sampingku.
“Kamu tadi mencariku? Ada perlu apa? Kangen ya..”, tanya Bunga sambil tersenyum menggodaku.
“Aku mau minta diajari jurusmu”, jawabku datar, berusaha menyembunyikan rasa senangku.
“Sudah beberapa kali aku mencarimu di atas gedung tapi kamu tidak ada”, lanjutku menjelaskan. Sepertinya Bunga tahu bahwa aku tadi mencarinya waktu istirahat.
“Aku sudah tidak pernah ke atas gedung lagi sejak ada kakak-kakak kelas berkumpul di sana”, kata Bunga menjelaskan. Pantas saja aku tidak pernah menemukan Bunga di atas gedung.
“Kenapa ingin belajar jurusku? Bukankah jurusmu sudah hebat?”, tanya Bunga.
Akupun menjelaskan tentang tantangan 10 menit saat berlatih tanding dengan guruku. Aku juga menjelaskan mengapa aku perlu belajar jurus baru.
“Gurumu itu ayahmu kan?”, tanya Bunga sambil tersenyum seakan bangga karena bisa mengetahui hal tersebut. Aku hanya mengangguk.
“Kalau belajar dariku, dimana kita akan berlatih? Kan gak mungkin lagi di atas gedung.”, kata Bunga menjelaskan. Betul juga kata Bunga. Aku jadi termenung mencoba memikirkan tempat berlatih yang cocok dan tidak terlihat orang lain.
“Kenapa kamu tidak belajar jurus baru dari ekskul (ekstrakulikuler) silat aja?”, kata Bunga menyarankan. Aku pun tersenyum karena menyadari hal tersebut.
Kamipun berpisah ketika naik angkutan umum kami masing-masing. Karena senang mendapatkan saran dari Bunga, aku sampai lupa membicarakan bagaimana cara janjian ketemu lagi dengan Bunga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar