Pagi hari berikutnya ketika latih tanding dengan ayah aku teringat saran
Bunga tersebut.
Ayah menyerangku lebih dulu dengan jurus yang tidak terlalu sulit. Aku menghadapinya
dengan jurus yang lebih sulit yang seharusnya bisa mengalahkan jurus ayah
tersebut. Sambil bertarung, aku perhatikan gerakan ayah. Karena aku mengetahui
jurus ayah jadi aku bisa memperkirakan gerakan ayah selanjutnya. Tapi ternyata
seranganku yang kukira akan mengenai ayah, bisa ditangkis oleh ayah dan ayah
bisa menyerang balik mengenaiku dengan gerakan yang tidak kuduga. Setelah
serangan ayah mengenaiku, kamipun berhenti bertarung.
Aku menanyakan kepada ayah kenapa gerakan ayah tadi tidak sesuai gerakan
jurus yang dipakai ayah. Ayah menjelaskan bahwa dalam bertarung tidak harus
terpaku pada gerakan jurus. Ayah menjelaskan bahwa inti dari pertarungan adalah
mengalahkan lawan jadi jika ada kesempatan, gerakan silat bisa dimodifikasi
sesuai kesempatan tersebut, untuk menyesuaikan dengan keadaan dalam pertarungan
baik dalam bertahan maupun menyerang. Jadi tidak harus sesuai gerakan jurus.
“Seperti ketika kamu berkelahi, kamu kan memikirkan gerakanmu langsung
sesuai keadaan lawanmu, jadi tidak sesuai jurus (combination moves) karena memang tidak memakai jurus (combination moves)”, kata ayah
menjelaskan.
“Tapi tujuan kita belajar jurus kan agar tubuh kita hafal sehingga bisa
bergerak cepat sesuai gerakan jurus tanpa harus berpikir lagi Yah”, kataku
meminta penjelasan (konfirmasi).
“Sebenarnya ayah belum akan menjelaskan hal ini, namun karena kamu tadi
telah menyadarinya maka akan ayah jelaskan”, jawab ayah yang kemudian
menjelaskan dengan panjang lebar.
Memang benar kita belajar jurus agar tubuh kita hafal sehingga kita bisa
bergerak cepat sesuai gerakan jurus yang kita hafalkan. Tapi bukan berarti
tidak berpikir lagi. Dalam belajar atau berlatih silat, tahapan-tahapannya kurang lebih sebagai berikut. Pertama, berlatih gerakan-gerakan silat
(termasuk jurus) dan menghafalkannya. Kedua,
belajar menerapkan gerakan-gerakan silat (termasuk jurus) yang sudah dipelajari
dalam latih tanding maupun pertarungan. Ketiga,
belajar meningkatkan kemampuan menerapkan gerakan-gerakan silat (termasuk
jurus) dalam pertarungan seperti mengubah gerakan dari satu jurus ke jurus
lainnya dan memadukan atau menggabungkan gerakan dari suatu jurus dengan jurus
lainnya. Keempat, belajar
memodifikasi gerakan (melakukan/menciptakan gerakan baru selain) dari gerakan
silat yang telah dihafal dalam pertarungan.
“Awalnya, sejak kecil ayah dan ibu hanya melatihmu silat pada tahap
pertama (yaitu belajar menghafalkan gerakan-gerakan silat dan jurus) dengan disertai
sedikit latihan pada tahap kedua (yaitu berlatih tanding dengan ayah atau ibu
menggunakan jurus yang dipelajari tersebut). Ayah dan ibu melarangmu berkelahi,
apalagi
kalau sampai menggunakan gerakan-gerakan silat yang kamu pelajari, karena dikhawatirkan yang kamu pakai adalah gerakan silat
yang dapat mencelakai lawan. Namun karena pertarunganmu di sirkus (melawan Agus
dan temannya) akhirnya ayah melatihmu ke tahap kedua (yaitu berlatih menerapkan
gerakan-gerakan silat dalam latih tanding maupun pertarungan), dan memberi latihan
tantangan 10 menit. Setelah duelmu menang (walaupun telah berhasil mengalahkan
temannya Agus), ternyata kamu masih penasaran dengan tantangan 10 menit sehingga
latihanmu mulai masuk tahap ketiga (yaitu mengubah gerakan dari satu jurus ke
jurus lainnya dan memadukan atau menggabungkan gerakan dari suatu jurus dengan
jurus lainnya)”, kata ayah menjelaskan.
“Tapi sepertinya tidak ada peningkatan dalam latihanku Yah. Aku tetap
belum bisa mengenai ayah dalam tantangan 10 menit. Dan kenapa ayah dan ibu
tidak memberi petunjuk apapun?”, tanyaku menyela penjelasan ayah.
“Justru kamu telah meningkat pesat dan sudah sesuai sehingga ayah tidak
perlu memberi petunjuk. Kamu sudah berusaha memvariasikan dan mengkombinasikan
gerakan-gerakanmu. Kamu juga berlatih meningkatkan kecepatanmu. Kamu bahkan
berusaha belajar jurus baru”, jawab ayah. Aku jadi teringat bahwa ayah
tersenyum ketika aku menggunakan jurus baru untuk melawannya.
“Tapi tetap saja belum berhasil Yah”, kataku seakan tidak puas dengan
pujian ayah.
“Selain itu, kenapa jurus yang lebih sulit yang kupakai tidak bisa mengalahkan
jurus yang lebih mudah yang ayah pakai?”, tanyaku penasaran.
“Itulah yang akan ayah jelaskan”, jawab ayah.
“Usahamu melawan ayah dengan memakai jurus yang lebih sulit daripada jurus
yang ayah pakai sudah tepat. Begitu juga dengan memvariasikan dan
mengkombinasikan gerakan dari jurus satu ke jurus lain. Tapi ada hal yang lupa
kamu pertimbangkan”, lanjut ayah menjelaskan.
Gerakan yang sulit kadang perlu pengaturan posisi tubuh atau posisi otot
tertentu sehingga memerlukan waktu yang lebih lama daripada melakukan gerakan
yang sederhana. Apalagi jurus yang sulit yang kadang perubahan gerakannya
rumit. Begitu juga dengan memvariasikan dan mengkombinasikan gerakan dari jurus
satu ke jurus lain. Dari gerakan terkahir ke gerakan baru berikutnya kadang
perlu waktu untuk menyesuaian posisi tubuh atau otot. Perbedaan waktu yang
hanya sesaat tersebut sangat berpengaruh karena memberi waktu lawan untuk berpikir
bahkan kadang sampai sempat melakukan perubahan gerakan.
“Berarti jurus yang sederhana lebih bagus dari jurus yang sulit?”, tanyaku
bingung.
“Bukan begitu”, jawab ayah menegaskan.
Pertarungan adalah beradu kemampuan tubuh. Jurus atau gerakan silat pada
umumnya hanyalah teknik (cara) melakukan serangan (maupun pertahanan). Jurus
atau gerakan silat yang sama yang dilakukan oleh dua orang yang mempunyai
kemampuan tubuh yang berbeda tentu akan memberikan hasil yang berbeda. Dua
orang yang bertarung dengan jurus yang sama tentu akan dimenangkan oleh orang
yang mempunyai penguasaan jurus lebih baik atau yang mempunyai kemampuan tubuh
lebih bagus.
“Kamu sebenarnya sudah menyadari perbedaan kecepatan antara jurusmu dan
jurus ayah, makanya kamu melatih kecepatan tubuhmu, iya kan?”, kata ayah. “Tapi
kamu kurang melatih penguasaan jurusmu”, kata ayah melanjutkan.
Menguasai jurus bukan berarti hanya sekedar hafal gerakan jurus baik secara pikiran
maupun secara tubuh tapi lebih dari itu. Menguasai jurus berarti bisa
menerapkan gerakan-gerakan jurus dalam pertarungan, termasuk ketepatan memilih
gerakan silat dari jurus tersebut (terutama untuk jurus yang jumlah gerakannya
banyak) sesuai kondisi pertarungan. Menguasai jurus juga berarti tahu segala
sesuatu tentang jurus tersebut, dimana kelemahannya dan sebagainya. Oleh karena
itu latihan tahap kesatu dan kedua itu penting untuk meningkatkan penguasaan jurus. Orang yang penguasaan
jurusnya sangat bagus bisa sampai melakukan jurus tersebut sambil memikirkan
hal lain karena tubuh sudah sangat hafal terhadap gerakan jurus tersebut.
“Berarti aku harus latihan tahap dua lagi Yah? Tadi ayah bilang aku sudah
memasuki latihan tahap tiga”, tanyaku.
“Walau sudah berlatih tahap tiga, bukan berarti tidak lagi berlatih tahap
satu dan tahap kedua. Ketika tidak ada yang bisa diajak untuk latih tanding,
latihan yang kamu lakukan adalah latihan tahap satu kan?”, jawab ayah.
“Lagipula pembedaan tahap ini hanya istilah ayah saja untuk membedakan
perkembangan latihan silat seseorang. Guru silat lainnya mungkin tidak mengenal
dan tidak mengajarkan tahapan ini. Tidak semua orang yang belajar silat
tahapannya seperti ini. Tahapan ini juga bukan berarti menunjukkan tingkat ilmu
silat seseorang. Bisa jadi orang yang berlatih tahap dua ilmu silatnya lebih
tinggi dari orang yang sudah berlatih sampai tahap keempat”, lanjut ayah
menjelaskan.
“Jadi untuk bisa menang melawan ayah (dalam tantangan 10 menit), apa yang
harus kulakukan Yah?”, tanyaku.
“Terserah kamu”, jawab ayah sambil tersenyum menggodaku. “Ayah tidak akan
memberi tahu karena tujuan tantangan 10 menit kan agar kamu merasakan
menghadapi pertarungan sebenarnya, jadi harus kamu pikirkan sendiri apa yang
harus kamu lakukan”, lanjut ayah.
“Tadi ayah bilang aku dilarang berkelahi menggunakan gerakan silat karena
latihan silatku masih di tahap satu. Berarti sekarang aku boleh berkelahi
menggunakan gerakan-gerakan silat, Yah?”, tanyaku tentang hal lain karena
pertanyaanku tersebut tidak dijawab.
“Kenapa? kamu berkelahi lagi?”,tanya ayah seakan kecewa.
Aku kemudian menceritakan perkelahianku dengan empat kakak kelas yang
kupergoki sedang merokok yang kemudian berusaha memalakku. Aku tidak
menceritakan tentang lokasinya yang di atas gedung maupun tentang alasanku
sampai bisa memergoki mereka karena aku sedang mencari Bunga. Mendengar
penjelasanku ayah seakan lega tidak jadi kecewa dan menjawab pertanyaanku
tersebut dengan penjelasan yang panjang.
Karena telah berlatih silat, pada dasarnya semua gerakan yang dilakukan
dalam hal menyerang atau bertahan dalam pertarungan adalah gerakan silat. Jadi
tidak mungkin tidak menggunakan gerakan silat dalam perkelahian. Yang dilarang
untuk digunakan adalah jurus (combination
moves) yang berupa rangkaian gerakan yang dihafalkan pada latihan tahap
satu. Karena jurus dihafalkan tidak hanya dalam pikiran tetapi juga secara
tubuh, dikhawatirkan ketika sudah melakukan rangkaian gerakan silat (jurus)
maka tidak bisa mengontrol (mengendalikan) gerakan dan melukai lawan yang tidak berlatih silat,
walaupun mungkin tidak berniat melukai lawan.
“Sekarang ketika kamu sudah bisa menerapkan pemakaian jurus dalam
pertarungan, ayah harap kamu bisa memilih gerakan silat atau jurus yang tepat
dalam menghadapi lawan baik yang belajar silat maupun yang tidak belajar silat.
Jika dengan jurus yang sederhana sudah bisa mengalahkan lawan, tidak perlu
memakai jurus yang lebih sulit, apalagi sampai memakai jurus yang berbahaya.
Namun lebih baik jika tidak perlu berkelahi. Jika bisa diselesaikan tanpa
berkelahi, lebih baik diselesaikan tanpa berkelahi”, kata ayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar