Rabu, 01 Februari 2017

#25 Latihan Paska Duel




Setelah sembuh dari lukaku, walaupun sudah tidak berlatih untuk persiapan duel, aku meminta pada ayah agar latihan silatku tetap memakai tantangan 10 menit. Ayah menyetujui permintaanku tersebut.
Hari-hari selanjutnya, kegiatanku kurang lebih sama.
Di pagi hari aku berlatih tanding dengan ayah. Sesuai penjelasan ayah waktu itu, dengan kecepatan penglihatan, kecepatan reaksi dan kecepatan bergerak, aku harus bisa memperkirakan gerakan lawan dan menerapkan gerakan silat yang tepat untuk menghadapi lawan. Aku berusaha menerapkan hal tersebut setiap kali menghadapi ayah, tapi aku merasa latihan tantangan 10 menit ini tidak ada perkembangan. Aku belum berhasil mengenai ayah dalam waktu 10 menit dan aku selalu terkena serangan ayah dalam waktu kurang dari 10 menit. Aku sudah mulai terbiasa atas rasa sakit karena terkena serangan ayah. 

Di sekolah kegiatanku kurang lebih juga sama. Ketika istirahat aku hanya di kelas memikirkan latihan silat di pagi harinya melawan ayah dan mencoba mencari tahu kenapa aku tidak berhasil mengenai ayah. Aku juga memikirkan cara-cara lain untuk bisa melawan ayah atau ibu. Jika menemukan ide baru untuk melawan ayah atau ibu biasanya aku jadi bersemangat sehingga pulang sekolah langsung pulang ke rumah karena ingin segera mencoba ide tersebut dengan melawan ibu. Tetapi kadang aku tidak mempunyai ide baru untuk melawan ayah atau ibu sehingga pulang sekolah kadang aku mencari Bunga untuk diajak ngobrol (berbicara) tentang silat. Tapi beberapa kali sepulang sekolah aku mencari Bunga di atas gedung tidak ketemu.
Sepulang sekolah biasanya aku mengajak ibu untuk berlatih tanding tantangan 10 menit, terutama jika sedang punya ide baru. Sebagaimana latih tanding melawan ayah, aku belum bisa mengenai ibu dalam waktu 10 menit. Kadang-kadang ibu tidak mau kuajak berlatih tanding sehingga aku berlatih silat sendiri dengan melatih jurus atau melatih kemampuan tubuh.
Beberapa ide yang telah kucoba untuk melawan ayah atau ibu adalah dengan memvariasikan seranganku (membuat serangan yang bermacam-macam atau berubah-ubah) dengan berbagai jurus agar tidak mudah ditebak oleh ayah atau ibu. Dari semua jurus yang sudah kupelajari dari ayah, hampir sudah pernah kucoba semua, baik ketika melawan ayah atau ibu, namun tetap saja aku belum bisa mengenai ayah atau ibu. Cara lain adalah dengan menggabungkan (mengkombinasikan) beberapa gerakan silat atau beberapa jurus atau beberapa aliran silat (martial art schools/styles)* atau bahkan dari beberapa jenis beladiri, tetapi cara ini juga belum berhasil mengenai ayah atau ibu.
(*penyadur: dalam istilah bahasa inggris martial art styles mengacu pada jenis-jenis beladiri (martial art types) seperti tinju, silat, dan sebagainya. Sedangkan martial art schools mengacu pada aliran dari suatu bela diri tertentu misalnya ilmu silat aliran Tapak Suci. Sesuai namanya, schools (sekolah) merupakan penamaan berdasarkan pengajar utama atau pencipta awalnya atau yang mempopulerkan atau kadang memang karena penamaan/merk sekolah yang mengajari aliran beladiri tersebut. Kadang untuk jenis beladiri seperti tinju, silat memakai istilah martial art types, sedangkan styles dan schools diartikan sama. Untuk penulisan ini istilah jenis beladiri dipakai untuk menyebut jenis-jenis beladiri seperti silat, tinju, dan sebagainya. Sedangkan istilah aliran dipakai untuk menyebut kumpulan jurus yang penciptanya, pengajar awalnya, sekolahnya atau sumbernya sama seperti aliran Tapak Suci, aliran Shaolin, dan sebagainya. Dalam cerita silat ada istilah ilmu yang terdiri dari beberapa jurus, misalnya ilmu silat harimau yang terdiri dari jurus harimau menerkam, jurus harimau melompat, dan sebagainya. Untuk yang seperti itu, dalam penulisan ini bisa dipakai istilah ilmu (ilmu silat), gaya (styles), atau jurus yang penting bisa dipahami maksudnya. Tetapi jangan sampai rancu dengan istilah ilmu silat (silat) yang berarti kemampuan silat seseorang.)
Cara lain lagi adalah dengan melatih kemampuan tubuhku terutama untuk kemampuan kecepatan melihat, kecepatan reaksi dan kecepatan gerak dengan latihan-latihan kemampuan tubuh yang sudah diajari ayah. Selain itu aku juga melatih kemampuan kekuatan tubuhku. Di halaman belakang rumah ada berbagai macam peralatan untuk berlatih silat dan kemampuan tubuh. Aku merasa kemampuan tubuhku sudah mulai ada peningkatan tapi sepertinya belum cukup karena aku masih belum bisa mengenai ayah atau ibu.
Ide lain adalah mencoba jurus baru. Ketika aku berlatih jurus sendirian, itu termasuk berlatih jurus baru. Jurus baru yang kulatih adalah jurus yang kulihat dari Bunga atau dari temannya Agus. Tetapi jurus baru tersebut tetap belum berhasil untuk mengenai ayah atau ibu. Aku sadar bahwa jurus baruku tersebut kecil kemungkinan akan berhasil tetapi setidaknya aku mencobanya. Jurus baru tersebut kemungkinan berhasilnya kecil karena jurus tersebut berhasil kukalahkan padahal yang memakai adalah pengguna jurus aslinya. Sedangkan aku hanya berlatih berdasarkan ingatan dari hasil penglihatan sehingga jurus yang kuperagakan (kupakai/kulakukan) tidak sesempurna jurus aslinya karena mungkin ada gerakan otot yang tidak kulihat atau tidak kuingat atau ada pengaturan tingkat pembagian tenaga yang tidak kuketahui. Ibu tidak berkomentar (bereaksi) apa-apa ketika aku memakai jurus baru tersebut. Sedangkan ayah hanya tersenyum melihatku memakai jurus baru ketika melawannya.
Ide lain adalah melakukan seperti yang dilakukan temannya Agus ketika melawanku yaitu mengorbankan pertahanan untuk bisa menyerang. Tapi cara tersebut tidak bisa kupakai ketika melawan ibu karena ibu hanya bertahan dan tidak meyerang aku. Aku mencoba melakukan cara tersebut ketika melawan ayah tapi tidak berhasil karena ayah masih bisa menghindar atau menangkis walaupun sedang menyerang aku sedangkan aku tetap terkena serangan ayah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar