Di sekolah aku memikirkan penjelasan ayah tadi dan mencoba untuk
memahaminya. Aku masih penasaran bagaimana cara mengalahkan ayah dalam
tantangan 10 menit. Pada waktu istirahat ketika aku sedang memikirkan sambil menuliskan
penjelasan-penjelasan ayah di bukuku, tiba-tiba Bunga sudah berada di dekat
mejaku.
“Nulis diary ya?”, tanya Bunga tiba-tiba sambil mengambil buku tulisku
tersebut.
“Jangan..”, kataku berusaha merebut kembali buku tersebut tapi Bunga
menghindar. Dia membaca tulisan-tulisanku (coretan-coretanku) sambil tersenyum
menggodaku. Akhirnya kubiarkan Bunga membacanya.
“Apa tidak bosan kamu mempelajari ini terus?”, tanya Bunga sambil
mengembalikan bukuku dan kelihatan kecewa karena tidak berhasil mengerjaiku.
“Aku masih belum berhasil mengalahkan tantangan 10 menit”, jawabku sambil
menerima bukuku kembali.
“Aku tahu cara agar kamu bisa mengalahkan tantangan 10 menit ayahmu”, kata
Bunga.
“Bagaimana…?”, tanyaku penasaran.
“Akan kuberitahu asalkan kamu mau kuajak mengikuti kegiatan atau latihan
klub-klub yang ada di sekolah kita”, jawab Bunga.
“Baiklah”, jawabku menyetujui syarat tersebut tanpa pikir panjang. “Bagaimana
caranya?”, tanyaku penasaran.
“Nanti aja sepulang sekolah ya…”, kata Bunga sambil pergi meninggalkan
kelasku.
Sepulang sekolah setelah agak sepi, Bunga mengajakku berjalan keluar
sekolah. Aku tidak menanyakan akan diajak kemana karena lebih penasaran tentang
cara mengalahkan tantangan 10 menit. Sambil berjalan aku menanyakan bagaimana
cara mengalahkan tantangan 10 menit.
“Kamu serang ayahmu dengan cepat dengan jurus* yang lebih tinggi (lebih hebat
atau lebih kuat) dari jurus ayahmu”, jawab Bunga menjelaskan idenya untuk
mengalahkan tantangan 10 menit.
(*penyadur: kalau dipahami secara
konteksnya sepertinya yang dimaksud jurus disini adalah ilmu (rangkaian jurus)
jadi bukan sekedar jurus yang terdiri dari beberapa gerakan.)
“Kalau cuma begitu aku juga tahu. Tapi ayah bisa mengubah gerakan ketika
terdesak sehingga tidak jadi terkena seranganku”, kataku agak kecewa.
“Berarti kamu kurang cepat”, jawab Bunga pendek menanggapi aku.
“Aku juga tahu itu, makanya aku berlatih kecepatan”, kataku yang mulai
tidak yakin dengan ide Bunga.
“Yang perlu kamu latih sebetulnya bukan kecepatan, tapi penguasaan
jurusmu. Jadi menurutku, mulai sekarang kamu pakai satu jurus saja sampai kamu
berhasil (dalam tantangan 10 menit)”, kata Bunga menjelaskan.
“Kamu ingat ketika aku bisa mengenaimu? Kamu tidak sempat mengubah gerakan
sehingga menyengajakan diri untuk kena seranganku. Misalnya kamu tidak
menyengajakan diri menerima seranganku pun lama kelamaan akan kena seranganku,
karena kamu tidak sempat mengeluarkan jurus yang bisa mengalahkan jurusku”,
lanjut Bunga.
“Bagaimana jika ternyata jurus yang dipakai ayah bukan jurus yang bisa
kukalahkan dengan jurusku tersebut? Bagaimana jika ayah yang menyerang duluan?”,
tanyaku berusaha membantah ide Bunga tersebut.
“Tujuannya kan bukan mengalahkan ayahmu atau jurus ayahmu. Tujuannya
adalah bisa mengenai ayahmu dalam waktu 10 menit”, jawab Bunga.
“Lagipula aku tidak mengatakan akan langsung berhasil. Kamu tetap pakai
satu jurus tersebut, jangan berganti jurus dan jangan kamu gabungkan dengan
jurus lain. Jika saat itu tidak berhasil maka itu akan menambah pengalamanmu
dalam memakai jurus tersebut dan meningkatkan penguasaan jurusmu sehingga di
saat lain bisa berhasil”, lanjut Bunga menjelaskan.
“Bagaimana jika setelah tahu jurus yang kupakai maka ayahku selalu memakai
jurus sulit (lebih tinggi atau lebih kuat atau lebih hebat), bukan jurus yang
lebih sederhana (lebih rendah atau lebih lemah) yang bisa dikalahkan dengan
jurusku?”, tanyaku lagi.
“Jurus dikatakan lebih tinggi (lebih kuat atau lebih hebat) dari jurus
lain biasanya karena bisa mengalahkan jurus lain, tapi bukan berarti tidak bisa
dikenai serangan. Dengan jurus yang lebih tinggi mungkin serangannya bisa kena
lebih dulu, tapi itu tidak masalah karena tujuan utamanya adalah untuk bisa
mengenai ayahmu dalam waktu 10 menit, sedangkan berusaha untuk tidak kena
serangan ayahmu dalam waktu 10 menit adalah tujuan sampingan”, jawab Bunga.
“Lagipula kalau menurut catatanmu, jika sudah mengenaimu, ayahmu tidak
menyerang lagi tapi hanya bertahan, jadi kamu punya kesempatan untuk berhasil”,
lanjut Bunga.
“Baiklah akan aku coba. Aku pulang dulu ya…”, kataku pada Bunga setelah
merasa bahwa saran Bunga tersebut layak untuk dicoba.
“Eh, jangan pulang dulu. Ingat janjimu. Kita sudah hampir sampai ke tempat
tujuan”, kata Bunga mencegahku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar