Jumat, 29 Januari 2016

#4 Ikut klub bola basket

(sebelumnya #3)


Aku lupa tepatnya kapan, tapi hari itu pelajaran olahraganya adalah pelajaran tentang bola basket. Bapak guru olahraga menjelaskan tentang permainan bola basket. Beliau juga memberikan contoh tentang gerakan-gerakan dalam permainan bola basket. Kemudian setiap murid diminta mempraktekkan satu per satu secara bergiliran dan dinilai oleh bapak guru.
Aku yang saat itu belum pernah bermain bola basket, mencoba memperhatikan dengan baik contoh yang diberikan oleh bapak guru, juga gerakan teman-teman lain yang gilirannya sebelum aku.
“Aku sudah mengerti, aku pasti bisa”, begitu pikirku. Tapi ketika tiba giliranku memasukkan bola ke ring basket, aku tidak berhasil.
“Tumben kamu tidak bisa, bukannya kamu pandai di bidang olahraga?” tanya Andi padaku.
“Aku belum pernah main basket”, jawabku.
Berbeda denganku, Andi dapat menyelesaikan gilirannya dengan hasil yang bagus. Dia adalah anggota tim bola basket ketika di SMP, sehingga dia sudah pandai bermain permainan bola basket.
Setelah selesai semua giliran, bapak guru mengumumkan bahwa yang nilainya terbaik adalah Andi. Bapak guru juga menjelaskan bahwa SMA kami punya klub bola basket yang juga dibimbing oleh beliau dan menawarkan kepada kami, bagi yang ingin bergabung dengan klub bola basket sebagai ekstrakurikuler dapat menghubungi beliau.
“Siapa yang ingin ikut klub basket, angkat tangan?” tanya bapak guru.
Andi dan beberapa teman lain angkat tangan, dan dicatat oleh bapak guru.
“Ayo ikut aja”, kata Andi padaku. “Aku yakin kamu cepat belajar dan pintar basket”, imbuhnya.
Aku diam saja. Aku masih ragu-ragu.
Di rumah, ketika makan malam bersama ayah dan ibu, aku bertanya pada mereka apakah aku diperbolehkan ikut kegiatan klub bola basket.
“Ayah, ibu, aku ingin ikut klub basket?”, tanyaku.
“Boleh”, kata ibu.
“Yah?”, tanyaku kepada ayah karena dia belum menjawab.
“Sudahlah Yah, biarkan dia berteman dan bersosialisasi”, kata ibuku.
“Ayah tidak melarang kok”, jawab ayahku. “Ayah cuma mau tanya apakah kamu benar-benar serius?”, tanya ayahku.
“Iya Yah”, jawabku.
“Kamu kan belum bisa main basket, kenapa tiba-tiba tertarik ikut klub bola basket?” tanya ayahku yang memahami bahwa aku belum bisa permainan bola basket. Lalu aku menceritakan kejadian tadi pagi ketika pelajaran olahraga.
“Memang anaknya ayah nih, merasa tertantang kalau ada hal yang merasa bisa tapi ternyata kalah dengan orang lain”, kata ibu mengkomentari ceritaku sambil tersenyum.
“Kegiatan klub kan menghabiskan banyak waktu, ayah tidak ingin kamu menghabiskan banyak waktu jika tidak ada hasilnya. Apalagi jika kegiatan klub hanya sebagai alasan untuk nongkrong-nongkrong atau keluyuran atau nge-geng dengan teman-teman klub”, kata ayah.
“Nggak Yah, SMA 1 kan terkenal basketnya karena sudah sering jadi juara lomba basket antar SMA”, kataku menjelaskan yang kutahu dari Andi ketika dia membujuk aku ikut klub bola basket.
“Baiklah, jika kamu memang serius, tapi tidak boleh mengganggu pelajaran sekolahmu. Jika sampai nilai pelajaran sekolahmu menurun karena kebanyakan kegiatan klub, maka langsung akan ayah suruh untuk berhenti dari klub”, kata ayah.
“Iya Yah. Tapi bagaimana dengan latihan harian dengan ayah?”, tanyaku.
“Gak pa pa, latihan bola basket kan juga olahraga, jadi latihan dengan ayah bisa dikurangi”, kata ayah.
Sejak kecil ayah selalu membiasakanku untuk olahraga setiap hari, seperti lari, push up dan gerakan tubuh lainnya tapi bukan olahraga yang bersifat permainan seperti bulutangkis atau tenis, apalagi yang bersifat tim seperti bola basket atau sepak bola.
Hari berikutnya setelah mendapatkan ijin dari ayah dan ibu, aku bilang ke Andi bahwa aku ingin mendaftar klub bola basket.
“Wah akhirnya”, seru Andi kelihatan senang.
“Kebetulan nanti sepulang sekolah, kita diminta berkumpul di lapangan basket. Kamu ikut aja”, kata Andi.
Sepulang sekolah kami menuju ke lapangan bola basket. Bapak guru olahraga telah ada disana, begitu juga kakak-kakak kelas anggota klub bola basket.
Setelah kami berbaris, bapak guru memperkenalkan anggota klub bola basket kepada kami para anggota baru. Kemudian kami anggota baru diminta memperkenalkan diri. Kebetulan anggota baru semuanya adalah kelas 1.
Setelah itu semua anggota klub berlatih latihan pemanasan. Latihan pemanasan misalnya adalah lari bolak balik dari garis belakang lapangan bola basket ke garis tengah lapangan bola basket. Aku lupa, pada hari itu latihan pemanasan yang bagaimana yang dipakai.
Setelah latihan pemanasan semua anggota klub berlatih latihan teknik. Latihan teknik misalnya adalah membawa bola beberapa langkah lalu mengumpankan ke teman lalu menerima umpan balik dan memasukkan ke ring. Aku lupa, pada hari itu latihan teknik yang bagaimana yang dipakai.
Setelah itu anggota dibagi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu yang sudah bisa bermain bola basket. Mereka berlatih tanding bermain bola basket. Andi walaupun anggota baru tapi sudah termasuk dalam kelompok yang sudah bisa bermain bola basket sehingga dia ikut berlatih tanding.
Sedangkan kelompok kedua adalah anggota baru yang tidak begitu lancar dalam latihan teknik tadi sehingga dianggap belum begitu bisa bermain bola basket. Aku termasuk dalam kelompok ini. Kelompok kedua ini diajari oleh bapak guru dasar-dasar gerakan bola basket seperti drible, passing, dan gerakan dasar bola basket lainnya. Bapak guru juga melihat satu per satu gerakan dasar kami dan membetulkan (mengkoreksi) jika gerakannya kurang tepat. Setelah selesai penjelasan dari bapak guru, kami dibebaskan apakah akan meneruskan latihan dasar tersebut baik secara sendirian maupun bersama teman, ataukah akan melihat pertandingan kelompok pertama tadi. Bapak guru kemudian meninggalkan kami sambil berpesan jangan terlalu lama latihannya agar tidak capek untuk sekolah besok.
Aku ingin meneruskan latihan dasar tersebut setelah bapak guru pergi. Tetapi karena yang lain memilih menonton pertandingan kelompok pertama tadi, akhirnya aku juga ikut menonton. Aku teringat pesan bapak guru bahwa dengan melihat cara teman-teman dalam bermain bisa membantu memahami cara bermain bola basket yang benar dan bagus.
Pulang dari sekolah setelah latihan bola basket aku mendapatkan kejutan. Ternyata aku dibelikan ayahku bola basket, sepatu basket dan ring basket yang sudah terpasang di tembok di halaman belakang rumah. Aku langsung meneruskan latihan dasar sendirian di rumah. Kalau tidak diingatkan oleh ibu mungkin aku bisa lebih lama lagi latihan bola basket di belakang rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar