Aku lupa tepatnya kapan, tapi hari itu
pelajaran olahraganya adalah pelajaran tentang bola basket. Bapak guru olahraga
menjelaskan tentang permainan bola basket. Beliau juga memberikan contoh
tentang gerakan-gerakan dalam permainan bola basket. Kemudian setiap murid
diminta mempraktekkan satu per satu secara bergiliran dan dinilai oleh bapak
guru.
Aku yang saat itu belum pernah bermain
bola basket, mencoba memperhatikan dengan baik contoh yang diberikan oleh bapak
guru, juga gerakan teman-teman lain yang gilirannya sebelum aku.
“Aku sudah mengerti, aku pasti bisa”,
begitu pikirku. Tapi ketika tiba giliranku memasukkan bola ke ring basket, aku tidak berhasil.
“Tumben kamu tidak bisa, bukannya kamu
pandai di bidang olahraga?” tanya Andi padaku.
“Aku belum pernah main basket”,
jawabku.
Berbeda denganku, Andi dapat
menyelesaikan gilirannya dengan hasil yang bagus. Dia adalah anggota tim bola basket
ketika di SMP, sehingga dia sudah pandai bermain permainan bola basket.
Setelah selesai semua giliran, bapak
guru mengumumkan bahwa yang nilainya terbaik adalah Andi. Bapak guru juga
menjelaskan bahwa SMA kami punya klub bola basket yang juga dibimbing oleh
beliau dan menawarkan kepada kami, bagi yang ingin bergabung dengan klub bola
basket sebagai ekstrakurikuler dapat menghubungi beliau.
Andi dan beberapa teman lain angkat
tangan, dan dicatat oleh bapak guru.
“Ayo ikut aja”, kata Andi padaku. “Aku
yakin kamu cepat belajar dan pintar basket”, imbuhnya.
Aku diam saja. Aku masih ragu-ragu.
Di rumah, ketika makan malam bersama
ayah dan ibu, aku bertanya pada mereka apakah aku diperbolehkan ikut kegiatan
klub bola basket.
“Ayah, ibu, aku ingin ikut klub
basket?”, tanyaku.
“Boleh”, kata ibu.
“Yah?”, tanyaku kepada ayah karena dia
belum menjawab.
“Sudahlah Yah, biarkan dia berteman
dan bersosialisasi”, kata ibuku.
“Ayah tidak melarang kok”, jawab
ayahku. “Ayah cuma mau tanya apakah kamu benar-benar serius?”, tanya ayahku.
“Iya Yah”, jawabku.
“Kamu kan belum bisa main basket,
kenapa tiba-tiba tertarik ikut klub bola basket?” tanya ayahku yang memahami
bahwa aku belum bisa permainan bola basket. Lalu aku menceritakan kejadian tadi
pagi ketika pelajaran olahraga.
“Memang anaknya ayah nih, merasa
tertantang kalau ada hal yang merasa bisa tapi ternyata kalah dengan orang
lain”, kata ibu mengkomentari ceritaku sambil tersenyum.
“Kegiatan klub kan menghabiskan banyak
waktu, ayah tidak ingin kamu menghabiskan banyak waktu jika tidak ada hasilnya.
Apalagi jika kegiatan klub hanya sebagai alasan untuk nongkrong-nongkrong atau
keluyuran atau nge-geng dengan teman-teman klub”, kata ayah.
“Nggak Yah, SMA 1 kan terkenal
basketnya karena sudah sering jadi juara lomba basket antar SMA”, kataku
menjelaskan yang kutahu dari Andi ketika dia membujuk aku ikut klub bola
basket.
“Baiklah, jika kamu memang serius,
tapi tidak boleh mengganggu pelajaran sekolahmu. Jika sampai nilai pelajaran
sekolahmu menurun karena kebanyakan kegiatan klub, maka langsung akan ayah
suruh untuk berhenti dari klub”, kata ayah.
“Iya Yah. Tapi bagaimana dengan latihan
harian dengan ayah?”, tanyaku.
“Gak pa pa, latihan bola basket kan
juga olahraga, jadi latihan dengan ayah bisa dikurangi”, kata ayah.
Sejak kecil ayah selalu membiasakanku
untuk olahraga setiap hari, seperti lari, push up dan gerakan tubuh lainnya tapi
bukan olahraga yang bersifat permainan seperti bulutangkis atau tenis, apalagi
yang bersifat tim seperti bola basket atau sepak bola.
Hari berikutnya setelah mendapatkan
ijin dari ayah dan ibu, aku bilang ke Andi bahwa aku ingin mendaftar klub bola
basket.
“Wah akhirnya”, seru Andi kelihatan
senang.
“Kebetulan nanti sepulang sekolah,
kita diminta berkumpul di lapangan basket. Kamu ikut aja”, kata Andi.
Sepulang sekolah kami menuju ke lapangan
bola basket. Bapak guru olahraga telah ada disana, begitu juga kakak-kakak kelas
anggota klub bola basket.
Setelah kami berbaris, bapak guru
memperkenalkan anggota klub bola basket kepada kami para anggota baru. Kemudian
kami anggota baru diminta memperkenalkan diri. Kebetulan anggota baru semuanya
adalah kelas 1.
Setelah itu semua anggota klub berlatih
latihan pemanasan. Latihan pemanasan misalnya adalah lari bolak balik dari
garis belakang lapangan bola basket ke garis tengah lapangan bola basket. Aku
lupa, pada hari itu latihan pemanasan yang bagaimana yang dipakai.
Setelah latihan pemanasan semua
anggota klub berlatih latihan teknik. Latihan teknik misalnya adalah membawa
bola beberapa langkah lalu mengumpankan ke teman lalu menerima umpan balik dan memasukkan
ke ring. Aku lupa, pada hari itu
latihan teknik yang bagaimana yang dipakai.
Setelah itu anggota dibagi dua
kelompok. Kelompok pertama yaitu yang sudah bisa bermain bola basket. Mereka
berlatih tanding bermain bola basket. Andi walaupun anggota baru tapi sudah termasuk
dalam kelompok yang sudah bisa bermain bola basket sehingga dia ikut berlatih tanding.
Sedangkan kelompok kedua adalah anggota
baru yang tidak begitu lancar dalam latihan teknik tadi sehingga dianggap belum
begitu bisa bermain bola basket. Aku termasuk dalam kelompok ini. Kelompok kedua
ini diajari oleh bapak guru dasar-dasar gerakan bola basket seperti drible, passing, dan gerakan dasar bola basket lainnya. Bapak guru juga
melihat satu per satu gerakan dasar kami dan membetulkan (mengkoreksi) jika
gerakannya kurang tepat. Setelah selesai penjelasan dari bapak guru, kami
dibebaskan apakah akan meneruskan latihan dasar tersebut baik secara sendirian
maupun bersama teman, ataukah akan melihat pertandingan kelompok pertama tadi. Bapak guru kemudian meninggalkan kami sambil berpesan jangan terlalu lama
latihannya agar tidak capek untuk sekolah besok.
Aku ingin meneruskan latihan dasar
tersebut setelah bapak guru pergi. Tetapi karena yang lain memilih menonton pertandingan
kelompok pertama tadi, akhirnya aku juga ikut menonton. Aku teringat pesan bapak
guru bahwa dengan melihat cara teman-teman dalam bermain bisa membantu memahami
cara bermain bola basket yang benar dan bagus.
Pulang dari sekolah setelah latihan
bola basket aku mendapatkan kejutan. Ternyata aku dibelikan ayahku bola basket,
sepatu basket dan ring basket yang
sudah terpasang di tembok di halaman belakang rumah. Aku langsung meneruskan
latihan dasar sendirian di rumah. Kalau tidak diingatkan oleh ibu mungkin aku
bisa lebih lama lagi latihan bola basket di belakang rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar