Rabu, 06 Januari 2016

#2 Namaku Arya

(sebelumnya #1)


Senin, tanggal sekian, bulan sekian, tahun sekian (penyadur: tanggal sengaja kami hilangkan).
Aku masih ingat tanggal pertama kali aku masuk sekolah menengah atas (SMA).
Pagi hari itu di SMA 1 kota A (penyadur: nama SMA dan nama kota sengaja kami samarkan), sudah banyak berkerumun murid-murid baru di depan papan pengumuman pembagian kelas. Aku juga belum tahu aku masuk ke kelas mana, tetapi melihat kerumunan itu aku urungkan niatku untuk melihat pengumuman pembagian kelas tersebut. Aku akan melihatnya nanti setelah tidak terlalu ramai.

Bel berbunyi. Semua murid dan guru berbondong-bondong menuju halaman depan sekolah untuk melakukan upacara. Murid-murid kelas 2 dan kelas 3 terlihat sudah tahu bagaimana membentuk barisan berdasarkan kelas masing-masing. Sedangkan murid-murid kelas 1 atau murid-murid baru termasuk aku, harus diarahkan oleh beberapa guru untuk membentuk barisan. Berhubung belum semua murid kelas 1 mengetahui pembagian kelas, maka guru mengarahkan agar yang penting terbentuk barisan yang rapi, tidak harus berdasarkan kelas masing-masing.
Selesai upacara murid-murid menuju kelas masing-masing. Masih ada murid-murid baru yang melihat papan pengumuman pembagian kelas, termasuk aku. Ternyata kelasku adalah kelas 1C. Setelah itu aku masih harus mencari dimana letak ruangan kelas 1C, sehingga ketika aku masuk ke kelasku tempat duduk sudah hampir penuh. Setiap 1 meja dipakai untuk 2 murid. Ketika aku sedang memandangi isi kelas mencari tempat duduk yang kosong, ada murid yang melambai ke arahku menunjukkan bahwa tempat duduk disampingnya masih kosong. Aku pun menuju kesana dan duduk di meja tersebut bersama dia.
“Kamu dari SMP 1 kan?”, tanyanya padaku.
“Iya”, jawabku.
“Namaku Andi, siapa namamu?”, tanyanya lagi.
Arya”, jawabku singkat.
(penyadur: nama orang disamarkan, nama yang tertera disini dan selanjutnya bukan nama sebenarnya).
Sepertinya Andi adalah tipe orang yang senang bergaul. Aku sudah agak lupa detil apa saja yang dia bicarakan waktu itu, yang jelas dia menjelaskan bahwa di kelas tersebut hanya kami berdua yang dari SMP 1. Lalu dia mengajak ngobrol (berbincang-bincang) tentang masa di SMP dan membahas kenapa kami tidak saling kenal ketika waktu SMP, sampai akhirnya kami berhenti ngobrol (berbincang-bincang) ketika guru sudah masuk ke kelas.
Memang ketika SMP aku kurang bergaul dengan teman-teman lainnya. Aku memang pendiam. Pada jam istirahat aku jarang ngobrol (berbincang-bincang) dengan teman-teman sekelasku dan sepulang sekolah aku langsung pulang menuju rumah tidak bermain dulu dengan teman-temanku. Jadi wajar jika Andi tidak mengenal namaku dan aku tidak mengenal nama Andi. Karena walaupun kami satu SMP, kami dulu berbeda kelas. Tapi secara wajah mungkin kami sudah sering melihat sehingga tahu bahwa kami sama-sama dari SMP 1.
Kehidupan di SMA ini sepertinya juga akan seperti itu. Aku pendiam, tidak pernah mengajak ngobrol (berbincang-bincang) lebih dulu. Hanya menjawab jika ditanya atau diajak ngobrol (berbincang-bincang) terlebih dulu. Itupun jawabanku hanya pendek-pendek, seperlunya saja. Sehingga walaupun tempat duduk tidak ditentukan, secara alami tempat dudukku selalu sebangku dengan Andi karena hanya dia yang biasanya mengajak ngobrol aku. Tetapi keadaan seperti itu akan segera berubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar