Aku sudah agak lupa, tapi kalau tidak
salah hari itu adalah hari dimana kelas kami, kelas 1C, pertama kali
mendapatkan pelajaran olahraga.
Kami berkumpul di lapangan olahraga
di halaman belakang sekolah. Bapak guru olahraga mengatakan bahwa hari itu kami
diuji (dites) dalam hal lari 100m, lompat jauh dan lompat tinggi. Setiap murid
secara bergiliran disuruh lari 100m di tempat yang sudah disediakan dan bapak
guru olahraga mengukur waktunya dengan menggunakan stopwatch dan mencatatnya. Murid-murid lainnya yang bukan
gilirannya ada yang mengobrol (berbincang-bincang) dan ada juga yang menonton
serta mensoraki atau bertepuk tangan. Ada juga yang berada di samping bapak
guru untuk mengetahui hasil tiap-tiap murid dan meneriakkan hasilnya.
Setelah aku selesai giliran lari 100m,
teman-teman banyak yang bertepuk tangan karena lariku cepat, terutama si Andi.
Dia lalu menghampiriku dan berkata
“cepat juga larimu”.
“Ya karena aku sudah belajar cara
berlari yang baik”, jawabku.
“Emangnya lari ada caranya khusus?” tanya
Andi seakan tidak percaya pada jawabanku.
Sejak kecil aku sudah diajari olahraga
oleh ayahku. Ayahku memperhatikan detil gerakanku, jadi ketika gerakanku salah
akan ditegur dan disuruh mengulangi, termasuk cara berlari cepat. Aku diajari
ayahku beberapa cara berlari tidak hanya satu macam, tergantung kebutuhan.
Salah satunya adalah cara berlari cepat yang cocok juga untuk lomba lari 100m
ini.
Setelah selesai semua giliran lari
100m, bapak guru mengumumkan bahwa yang tercepat adalah aku.
Kemudian dilanjutkan dengan lompat
jauh dan lompat tinggi.
Dan sebagaimana dalam lari 100m, aku
pun mendapatkan rekor terbaik untuk lompat jauh dan lompat tinggi.
Berbeda dengan lari 100m, untuk lompat
jauh dan lompat tinggi, bapak guru menerangkan cara lompat jauh dan lompat
tinggi yang benar, sebagaimana biasa dipakai oleh atlet lompat jauh dan lompat
tinggi. Dan beliau juga menyebutkan bahwa yang paling bagus gerakannya adalah
aku, makanya aku mendapatkan hasil yang bagus.
Aku bisa mempunyai gerakan lompat jauh
dan lompat tinggi yang bagus karena memang aku sudah pernah diajari oleh
ayahku.
Aku memang berbakat dalam hal olahraga. Ayah pernah berkata padaku bahwa aku ini pandai dalam olah tubuh (penyadur: atau dalam teori multiple
intelligence biasa disebut kecerdasan jasmani kinestetik). Nilai
pelajaranku olahraga di SMP selalu bagus. Di rumah aku juga sering diajari oleh
ayah dan ibu tentang olah tubuh. Tapi bukan berarti aku menguasai semua jenis
olahraga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar