Rabu, 04 Desember 2024

Forgive me

Sudah hampir 2 tahun tidak update blog ini. Selain karena sedang kesulitan ide cerita (Writer's block) juga karena kesibukan. Semoga selanjutnya bisa update secara berkala.
Karena sedang kesulitan ide untuk cerita utama Jurnal Pendekar, maka ini mencoba menulis cerita lainnya lagi. Jika berminat bisa kunjungi di https://the-unfamous-ceo.blogspot.com/

Senin, 02 Desember 2024

#63 Menari (Dancing)

 (sebelumnya #62)

 

Akhirnya aku mempunyai kegiatan sehari-hari (rutinitas) yang baru. Karena sepulang sekolah Bunga harus ikut les, maka kami bertemu sepulang sekolah hanya sebentar, yaitu sebelum Bunga berangkat les. Sehingga aku pulang ke rumah lebih cepat daripada sebelumnya ketika aku masih bermain dengan Bunga di seputar kota. Aku jadi punya waktu lebih untuk berlatih silat untuk mengalahkan tantangan ketiga.

Karena bertemu setelah pulang sekolah hanya sebentar, maka kami jadi sering bertemu pada saat jam istirahat. Biasanya kami bertemu di atas gedung, namun kadang kami juga bertemu di tempat lain. Kadang kami jajan atau makan bersama di kantin. Kadang Bunga yang mendatangi aku di kelasku ketika aku tidak langsung keluar pas jam istirahat. Kadang aku yang mendatangi Bunga di kelasnya, seperti pada hari itu.

Hari itu pada jam istirahat aku tidak menemukan Bunga di atas gedung. Aku kemudian pergi ke kelasnya. Ternyata Bunga di dalam kelas kelihatan sedang sibuk mengerjakan sesuatu.

“Lagi ngapain?”, tanyaku tiba-tiba sambil duduk di sampingnya. Aku tidak lagi merasa canggung (awkward) ketika masuk ke kelasnya Bunga karena aku tidak lagi dilihatin (dipandangi) oleh murid-murid kelas 3 seperti dulu. Mungkin mereka sudah tahu kalau kami pacaran karena sering melihat kami bersama-sama.

“Lagi ngerjain PR, kemarin dan tadi malam belum sempat ngerjain”, jawab Bunga yang tetap tenang dan fokus mengerjakan PR, tidak terganggu ataupun kaget atas kedatanganku, seakan-akan sudah tahu kalau aku akan datang ke kelasnya. Aku yang belum tahu pelajaran kelas 3 tidak bisa membantu, sehingga aku hanya diam sambil memandangi wajah Bunga. Bunga hanya tersenyum sambil sesekali melirik ke arahku.

Walaupun setiap harinya kami bertemu tidak terlalu lama, namun banyak hal yang kami lakukan atau kami bicarakan yang semakin memperakrab kami. Selain hal-hal yang terkait silat, aku juga berusaha membicarakan hal-hal lainnya. Salah satunya adalah tentang ideku untuk berlatih silat sambil mendengarkan lagu. Siang itu di atas gedung, aku menceritakan ideku tersebut sambil berusaha mencontohkan kepada Bunga. Aku menyalakan radio yang kubawa dan memilih siaran lagu. Belum selesai aku menjelaskan cara berlatihku sambil mendengarkan lagu, Bunga memotong pembicaraanku.

“Jangan kamu lakukan Ya”, kata Bunga melarangku.

“Kenapa?”, tanyaku heran.

“Apakah ayahmu belum pernah menjelaskan?”, tanya Bunga.

“Musik atau lagu mempunyai efek ingatan yang kuat. Makanya para penari (dancer), biasanya mengingat-ingat gerakan dari musiknya. Ketika musik seperti ini, maka gerakannya begini, dan sebagainya. Jadi jika kamu berlatih dengan bergerak sesuai irama lagu, dikhawatirkan akan mempengaruhi alam bawah sadarmu dan merusak latihanmu. Padahal gerakan silat seharusnya dihafal oleh tubuh kita dalam suasana apapun”, kata Bunga menjelaskan.

“Kalau kamu ingin bergerak dan bersenang-senang sambil mendengarkan lagu, maka kita menari (joget/dance) saja dengan gerakan yang bukan gerakan silat”, kata Bunga sambil mulai menari. Aku pun kemudian mengikuti Bunga menari bersamanya.

Ketika lagunya berganti, tiba-tiba Bunga mendekat ke aku. Tangan kanannya menggenggam tangan kiriku. Tangan kirinya diletakkan di bahuku dan mengajakku bergerak bersama. Maka, tangan kananku kuletakkan di pinggangnya dan mengikuti gerakannya. Kami pun menari bersama mengikuti irama lagu.

Bunga memandangku sambil tersenyum. Kemudian dia menempelkan tubuhnya ke tubuhku dan meletakkan kepalanya di pundakku seperti ingin dimanja. Harum rambutnya tercium dari jarak sedekat itu. Tangan kirinya memeluk tubuhku. Aku pun memeluknya dengan tangan kananku. Tubuh kami yang sudah menempel berpelukan tersebut masih terus bergerak menari mengikuti irama lagu. Aku pun mengecup kepalanya sambil membelai rambutnya.

Kami melepaskan pelukan setelah lagunya selesai. Benar kata Bunga bahwa musik atau lagu mempunyai efek ingatan yang kuat. Aku selalu teringat kejadian itu setiap kali mendengar lagu tersebut.

 

(bersambung ke #64)

Jumat, 27 Januari 2023

#62 Mengungkapkan perasaan

 

(sebelumnya #61)

 

Malam itu aku terus memikirkan penjelasan ibu serta berusaha memahami perasaanku dan juga memahami apa yang aku harapkan dari Bunga. Aku juga memikirkan apa yang sebaiknya kulakukan untuk bertemu Bunga dan apa yang akan kukatakan ketika berhasil bertemu Bunga.

Hari berikutnya ketika istirahat, aku pergi ke kelasnya Bunga untuk menemui Bunga. Berdasarkan pengalaman hari sebelumnya, aku tidak mau hanya menunggu Bunga di atas gedung karena belum tentu Bunga naik ke atas gedung. Belum sampai aku masuk ke kelasnya, aku sudah terlihat oleh Bunga. Bunga memberi isyarat ke aku agar jangan masuk ke kelasnya. Dia memberi isyarat dengan tangannya menunjuk ke atas gedung. Aku mengartikan bahwa dia mau bilang ke aku bahwa nanti saja bertemu sepulang sekolah di atas gedung. Sepulang sekolah aku naik ke atas gedung dan ternyata benar Bunga sudah berada di atas gedung menungguku. 

New year, new place, and new hope....

 Alhamdulillah sudah memasuki tahun 2023 ditempat yang baru, semoga menjadi semangat untuk menyelesaikan jurnal pendekar ini. Aamiin.

Rabu, 14 Desember 2022

#61 Mengatur harapan

 (sebelumnya #60)

 

Akhirnya hari yang kutunggu-tunggu datang. Hari itu hari pertama masuk sekolah setelah libur semester ganjil. Sepulang sekolah aku naik ke atas gedung. Aku mengira Bunga juga akan naik ke atas gedung. Namun setelah kutunggu beberapa lama, Bunga tidak datang ke atas gedung. Aku turun dari atas gedung dan melihat sekeliling sekolah sudah sepi, akhirnya aku pulang. Sesampainya di rumah, aku langsung menelepon ke rumah Bunga, namun tidak ada yang mengangkat.

“Ada apa Ya? Kamu tidak ketemu Bunga ya?”, tanya ibu yang sepertinya paham dengan apa yang kualami.

“Iya Bu”, jawabku pendek dengan nada lesu.

“Jangan bersedih. Ibu yakin tidak terjadi apa-apa. Pasti ada alasannya kenapa Bunga tidak menemuimu”, kata ibu sambil duduk di sampingku mencoba menenangkan dan menyemangatiku.

Rabu, 16 November 2022

#60 Mengontrol perasaan

 (sebelumnya #59)

 

Di rumah aku merenungkan apa yang terjadi denganku. Hampir setiap saat aku terkenang Bunga, sehingga aku jadi kurang fokus pada latihanku. Apakah ini yang dinamakan kangen? Kemudian aku bertanya pada ibu tentang perasaan yang kualami.

“Itu berarti kamu kangen Bunga”, jawab ibu sambil tersenyum.

“Apakah berarti aku jatuh cinta pada Bunga, Bu?”, tanyaku lebih lanjut.

“Kamu sendiri yang bisa memastikan karena hanya kamu yang paling paham dengan perasaanmu sendiri”, jawab ibu. “Dulu kan pernah ibu kasih tahu pertanyaan-pertanyaan untuk menguji perasaan, maka coba kamu renungkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut”, lanjut ibu.

#59 Kangen Bunga?

 (sebelumnya #58)

 

Akhirnya tiba masa ujian semester ganjil (semester tiga atau semester pertama kelas dua). Selama ujian semester ganjil aku tidak bermain bersama Bunga. Bahkan beberapa hari sebelum ujian sudah tidak bermain bersama karena fokus belajar. Pulang sekolah setelah ujian semester ganjil hari terakhir, aku menuju ke atas gedung. Ternyata disana sudah ada Bunga. Dia berdiri di pinggir pagar sambil melihat ke arah jauh.

“Ternyata pemikiran kita sama, selesai ujian langsung kesini”, sapaku ke Bunga. Bunga hanya menoleh ke arahku sebentar sambil tersenyum tanpa bilang apa-apa. Kemudian dia kembali melihat ke arah jauh. Tumben dia tidak berkata apa-apa. Padahal biasanya dia duluan yang menyapaku dengan kata-kata yang seakan bisa menebak isi hatiku.

“Ada apa?”, tanyaku sambil berdiri di sampingnya dan menoleh ke arahnya. Namun pandangan Bunga tetap lurus ke depan. Aku coba melihat ke arah yang dilihat Bunga namun tidak terlihat hal yang aneh.