Hari itu bapak guru datang ke latihan
klub bola basket. Setelah latihan pemanasan, bapak guru mengumpulkan kami dan
mengumumkan bahwa mulai minggu depan sudah mulai pertandingan lomba bola basket
antar SMA. Bapak guru mengumumkan nama-nama anggota klub yang akan masuk dalam tim
yang akan mengikuti pertandingan lomba bola basket antar SMA. Bapak guru
menyebutkan 5 orang nama, dan menurut kami memang merekalah yang pandai bermain
bola basket di klub bola basket kami. Mereka adalah 4 orang dari kelas 3 dan
ada 1 orang dari kelas 2.
Setelah mengumumkan 5 orang tersebut,
bapak guru mengumumkan bahwa untuk 5 orang lainnya yang akan ikut dalam tim yang
akan mengikuti pertandingan lomba bola basket antar SMA, akan ditentukan dengan
berlatih tanding yang nantinya akan dilihat dan dipilih oleh bapak guru bersama 5
orang yang sudah terpilih tadi. Kebetulan anggota yang akan berlatih tanding
tersebut terdiri dari kelas 2 dan kelas 1 sehingga pembagian tim untuk latih tanding
adalah tim kelas 2 melawan tim kelas 1. Pembagian ini agak berat sebelah karena
ini merupakan saat pertama kali latih tanding untuk tim kelas 1, kecuali Andi.
Walaupun begitu aku merasa bersemangat karena ingin menerapkan apa yang sudah
kulatih selama ini dalam pertandingan pertamaku ini.
Walaupun belum berbentuk diary atau
jurnal harian yang terstruktur dengan baik, tapi sejak masuk SMA aku kadang
menuliskan kejadian yang kualami di buku tulisku. Tulisan-tulisan yang tersebar
di beberapa buku tulis dari beberapa pelajaran yang berbeda tersebut yang
kupakai untuk mendukung tulisanku ini dan kupakai untuk mengingat-ingat kembali
kejadian waktu itu. Salah satunya adalah detil pertandingan latih tanding
perdanaku ini. Dalam latih tanding ini, hal-hal yang berkaitan denganku yang
dapat kuingat adalah sebagai berikut.
Dalam latih tanding tersebut, aku
memposisikan diri sebagai point guard
karena aku tidak terlalu tinggi dan aku merasa lebih bagus dalam kemampuan drible dan passing dibanding teman-teman kelas 1 lainnya, selain Andi tentunya.
Tapi Andi sudah memposisikan diri sebagai center.
Sebagai point guard, aku sering
berhadapan dengan anggota tim dari kelas 2 yang bernama Agus yang juga di
posisi sebagai point guard dari tim
kelas 2. Beberapa kejadian aku melawan Agus adalah sebagai berikut.
Kejadian pertama ketika aku membawa
bola dari garis belakang untuk mulai menyerang dan Agus menghadangku. Agus
berusaha menutup setiap gerakanku. Aku akan bergerak ke kanan, Agus langsung bergerak
ke arah kananku dan menutup gerakanku. Aku akan bergerak ke kiri, Agus langsung
bergerak ke arah kiriku dan menutup gerakanku. Selain menutup gerakanku Agus
juga berusaha merebut bolaku, tapi tidak berhasil karena aku sudah pandai dalam
men-drible dan menguasai bola.
Kemampuan olah tubuh yang selama ini
kulatih bersama Ayah bisa bermanfaat untuk situasi 1 lawan 1 seperti ini. Selain
itu, aku yakin dengan kemampuan kecepatan penglihatan, kecepatan gerak,
kecepatan bereaksi dan kecepatan berpikir milikku yang sangat menentukan dalam
pertarungan 1 lawan 1 seperti ini. Ayah mengatakan bahwa aku mempunyai bakat
dalam kecepatan melihat, kecepatan bergerak dan kecepatan bereaksi. Selain
berbakat, sejak kecil aku sudah berlatih kecepatan melihat, kecepatan gerak dan
kecepatan bereaksi. Kecepatan
penglihatan (eyes speed) adalah
kemampuan mata untuk menangkap atau melihat sesuatu yang bergerak cepat.
Sesuatu yang bergerak cepat biasanya jadi tidak begitu jelas terlihat. Seperti
ketika kita naik kendaraan yang bergerak dan mencoba membaca tulisan di pinggir
jalan. Kecepatan melihat bisa juga diartikan bahwa hanya dengan melihat secara
sekilas kita sudah mengetahui apa yang kita lihat tersebut. Kecepatan bergerak (speed) adalah kecepatan tubuh kita dalam
bergerak, seperti kecepatan berlari, kecepatan menggerakkan tangan dan
sebagainya. Kecepatan bereaksi (reaction time) adalah kecepatan tubuh
untuk bergerak dari hasil bereaksi atau merespon dari perintah atau rangsangan
(impulse) dari otak atau pikiran. Contoh
kecepatan bereaksi misalnya adalah ketika ada benda jatuh, otak kita sudah
berpikir bahwa kita harus menangkap benda yang jatuh tersebut, tapi ternyata
gerakan kita terlambat karena kecepatan reaksi kita yang kurang cepat sehingga
tidak berhasil menangkap benda tersebut.
Dengan keyakinan atas kecepatan
penglihatanku, kecepatan gerakku dan kecepatan bereaksiku tersebut, aku
bergerak ke kiri. Ketika secara sekilas Agus terlihat juga bergerak ke arah
kiriku untuk menutup gerakku, aku langsung bergerak ke kanan dengan cepat dan berhasil
melewati Agus.
Kejadian kedua yaitu ketika Agus
membawa bola dan aku berusaha menutup gerakannya. Agus berusaha mengecohku
dengan bergerak kekanan sebentar padahal sebenarnya akan bergerak ke kiri. Walaupun
aku sempat terkecoh dengan bergerak ke kiri (atau sebelah kanannya Agus) namun dengan
kecepatan penglihatanku aku melihat Agus bergerak ke kiri sehingga dengan
kecepatanku bereaksi aku segera bergerak ke kanan dengan cepat. Ketika bergerak
ke kanan, awalnya aku berusaha untuk menutupi gerakan Agus, tapi ketika aku
melihat ada kesempatan, aku ubah niatku menjadi berusaha untuk merebut bolanya.
Mungkin Agus merasa yakin gerakan kecohannya tadi berhasil sehingga kurang
berhati-hati dalam men-drible bola
sehingga ketika aku berusaha merebut bolanya, penguasaan bolanya kurang
sempurna sehingga bolanya terebut olehku. Setelah merebut bola aku langsung
berlari menuju ring lawan tanpa ada
lawan lagi di depanku karena Agus tadi berada di posisi paling belakang dari
tim kelas 2. Agus yang mengejarku kalah cepat dalam berlari. Mungkin karena
kecewa kehilangan bola dan kalah dalam berlari, dia berusaha meraih dan
menarikku untuk menjatuhkanku. Aku bisa menghindarinya dengan mudah. Aku sampai
di depan ring tanpa hambatan, bola
dengan mudah kumasukkan ke ring
lawan.
Kejadian ketiga adalah ketika Agus
kembali menghadangku. Kali ini Agus sepertinya lebih berhati-hati menghadapiku.
Ketika aku mencondongkan badan ke kiri atau ke kanan, dia tidak langsung
terpancing bergerak ke kiri atau ke kanan. Sepertinya dia menunggu kepastian
dan tidak mau terkecoh lagi. Melihat hal tersebut, aku bergerak ke kiri
seakan-akan cuma mau mengecoh tapi langsung kulanjutkan bergerak ke kiri dengan
cepat. Agus yang terlambat mengantisipasiku bisa kulewati. Bola tidak kuumpan
tapi terus kubawa ke samping kiri lalu aku menembak ke arah ring. Aku mengingat kembali posisi
anggota tubuhku, tinggi sudut lemparan, besarnya tenaga sampai tingkat
konstraksi atau peregangan otot yang diperlukan untuk menembak bola ke arah ring. Tapi ketika aku belum sampai pada
posisi tangan dan tingkat konstraksi otot yang seharusnya, Agus sudah mendekat
dengan tangan sudah bergerak mengarah untuk memblok tembakanku. Bola segera
kutembakkan lepas dari tanganku. Hasilnya, bola tidak pas mengarah ke
tengah-tengah ring seperti ketika
latihan, tapi agak ke pinggir mengenai ring
dan memantul keluar, bukan ke dalam ring,
sehingga tidak masuk.
Kejadian keempat, Agus tidak hanya
berusaha menghadang aku tapi juga berusaha dengan semangat untuk merebut
bolaku. Aku sampai beberapa kali harus menghindar agar bolaku tidak terebut.
Akhirnya aku melihat ada kesempatan. Ketika bola ku-drible dengan tangan tangan kanan, Agus mencoba merebut bola dengan
tangan kanan dia. Dengan posisi seperti itu dia akan telat bergerak jika aku
bergerak ke arah kiri. Maka bola di tangan kananku yang akan direbut Agus ku-drible lewat belakang punggungku untuk
menghindari tangan kanan Agus dan kutangkap dan ku-drible dengan tangan kiri dan aku bergerak ke kiri melewati Agus.
Posisi badan Agus yang menyilang atau meliuk ke kiri karena tangan kanannya
mencoba meraih bolaku tadi menjadikan dia terlambat bergerak ke kanan (ke arah
kiriku) untuk mengejar aku. Bola tidak kuoper tapi kubawa sampai ke samping
kiri ring dan kutembakkan ke arah ring. Agus yang telat menyusulku tidak
sempat menggangguku ketika aku melakukan penembakkan bola (shooting) sehingga tembakanku berhasil dengan sempurna masuk ke
dalam ring sebagaimana biasa
kulakukan ketika latihan.
Kejadian kelima ketika Agus menghadangku
bersama 1 orang anggota tim kelas 2 yang lain. Aku berusaha lebih lagi dalam
mempertahankan bolaku dan berusaha menghindari upaya perebutan bola dari dua
orang. Aku melihat ada kesempatan ketika Andi mendekat dari belakang Agus untuk
membantuku. Aku lemparkan bola ke bawah diantara dua kaki Agus dengan sedikit
kutambahi putaran sehingga bolanya memantul ke belakang Agus, tidak mengenai
badan Agus, dan diterima oleh Andi.
Kejadian keenam adalah ketika aku
berhasil menggagalkan operan Agus. Setelah berhasil kuhadang ketika membawa
bola sebagai point guard, Agus tidak pernah
berhadapan 1 lawan 1 lagi denganku ketika membawa bola. Jadi ketika aku sudah
mendekat untuk menghadang Agus, dia langsung mengoper bola ke temannya anggota
tim kelas 2. Dan ketika dia kujaga ketat, temannya anggota tim kelas 2 tidak
mengoperkan bola ke Agus. Suatu ketika aku mendekat untuk menghadang Agus, Agus
langsung mengoper bola ke temannya yang lain. Dengan kecepatan penglihatanku aku
bisa melihat arah lemparan bolanya dan dengan kecepatanku dalam bergerak dan bereaksi
aku berhasil menjulurkan tanganku tepat waktu sehingga akhirnya lemparan bola
tersebut terpotong mengenai tanganku tidak sampai ke anggota tim kelas 2 yang
dituju. Bola jatuh ke dekat Andi dan akhirnya dibawa oleh Andi.
Pertandingan selesai dengan kemenangan
tim kelas 2, aku lupa berapa skornya (nilainya). Walaupun begitu, penentuan
pemilihan pemain tidak berdasarkan kemenangan tersebut, tetapi berdasarkan
penampilan (performance)
masing-masing orang. Aku berhasil memasukkan beberapa bola (aku lupa tepatnya)
tapi juga gagal memasukkan bola beberapa kali (aku juga lupa tepatnya). Aku
juga beberapa kali gagal mengoper (passing)
bola. Akhirnya diumumkan bahwa 5 orang yang terpilih adalah Andi, 3 orang dari
tim kelas 2, dan yang terakhir dipilih adalah aku. Agus termasuk yang tidak
terpilih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar