Rabu, 16 Maret 2016

#8 Latih tanding perdana

(sebelumnya #7)


Hari itu bapak guru datang ke latihan klub bola basket. Setelah latihan pemanasan, bapak guru mengumpulkan kami dan mengumumkan bahwa mulai minggu depan sudah mulai pertandingan lomba bola basket antar SMA. Bapak guru mengumumkan nama-nama anggota klub yang akan masuk dalam tim yang akan mengikuti pertandingan lomba bola basket antar SMA. Bapak guru menyebutkan 5 orang nama, dan menurut kami memang merekalah yang pandai bermain bola basket di klub bola basket kami. Mereka adalah 4 orang dari kelas 3 dan ada 1 orang dari kelas 2.
Setelah mengumumkan 5 orang tersebut, bapak guru mengumumkan bahwa untuk 5 orang lainnya yang akan ikut dalam tim yang akan mengikuti pertandingan lomba bola basket antar SMA, akan ditentukan dengan berlatih tanding yang nantinya akan dilihat dan dipilih oleh bapak guru bersama 5 orang yang sudah terpilih tadi. Kebetulan anggota yang akan berlatih tanding tersebut terdiri dari kelas 2 dan kelas 1 sehingga pembagian tim untuk latih tanding adalah tim kelas 2 melawan tim kelas 1. Pembagian ini agak berat sebelah karena ini merupakan saat pertama kali latih tanding untuk tim kelas 1, kecuali Andi. Walaupun begitu aku merasa bersemangat karena ingin menerapkan apa yang sudah kulatih selama ini dalam pertandingan pertamaku ini.

Walaupun belum berbentuk diary atau jurnal harian yang terstruktur dengan baik, tapi sejak masuk SMA aku kadang menuliskan kejadian yang kualami di buku tulisku. Tulisan-tulisan yang tersebar di beberapa buku tulis dari beberapa pelajaran yang berbeda tersebut yang kupakai untuk mendukung tulisanku ini dan kupakai untuk mengingat-ingat kembali kejadian waktu itu. Salah satunya adalah detil pertandingan latih tanding perdanaku ini. Dalam latih tanding ini, hal-hal yang berkaitan denganku yang dapat kuingat adalah sebagai berikut.
Dalam latih tanding tersebut, aku memposisikan diri sebagai point guard karena aku tidak terlalu tinggi dan aku merasa lebih bagus dalam kemampuan drible dan passing dibanding teman-teman kelas 1 lainnya, selain Andi tentunya. Tapi Andi sudah memposisikan diri sebagai center. Sebagai point guard, aku sering berhadapan dengan anggota tim dari kelas 2 yang bernama Agus yang juga di posisi sebagai point guard dari tim kelas 2. Beberapa kejadian aku melawan Agus adalah sebagai berikut.
Kejadian pertama ketika aku membawa bola dari garis belakang untuk mulai menyerang dan Agus menghadangku. Agus berusaha menutup setiap gerakanku. Aku akan bergerak ke kanan, Agus langsung bergerak ke arah kananku dan menutup gerakanku. Aku akan bergerak ke kiri, Agus langsung bergerak ke arah kiriku dan menutup gerakanku. Selain menutup gerakanku Agus juga berusaha merebut bolaku, tapi tidak berhasil karena aku sudah pandai dalam men-drible dan menguasai bola.
Kemampuan olah tubuh yang selama ini kulatih bersama Ayah bisa bermanfaat untuk situasi 1 lawan 1 seperti ini. Selain itu, aku yakin dengan kemampuan kecepatan penglihatan, kecepatan gerak, kecepatan bereaksi dan kecepatan berpikir milikku yang sangat menentukan dalam pertarungan 1 lawan 1 seperti ini. Ayah mengatakan bahwa aku mempunyai bakat dalam kecepatan melihat, kecepatan bergerak dan kecepatan bereaksi. Selain berbakat, sejak kecil aku sudah berlatih kecepatan melihat, kecepatan gerak dan kecepatan bereaksi. Kecepatan penglihatan (eyes speed) adalah kemampuan mata untuk menangkap atau melihat sesuatu yang bergerak cepat. Sesuatu yang bergerak cepat biasanya jadi tidak begitu jelas terlihat. Seperti ketika kita naik kendaraan yang bergerak dan mencoba membaca tulisan di pinggir jalan. Kecepatan melihat bisa juga diartikan bahwa hanya dengan melihat secara sekilas kita sudah mengetahui apa yang kita lihat tersebut. Kecepatan bergerak (speed) adalah kecepatan tubuh kita dalam bergerak, seperti kecepatan berlari, kecepatan menggerakkan tangan dan sebagainya. Kecepatan bereaksi (reaction time) adalah kecepatan tubuh untuk bergerak dari hasil bereaksi atau merespon dari perintah atau rangsangan (impulse) dari otak atau pikiran. Contoh kecepatan bereaksi misalnya adalah ketika ada benda jatuh, otak kita sudah berpikir bahwa kita harus menangkap benda yang jatuh tersebut, tapi ternyata gerakan kita terlambat karena kecepatan reaksi kita yang kurang cepat sehingga tidak berhasil menangkap benda tersebut.
Dengan keyakinan atas kecepatan penglihatanku, kecepatan gerakku dan kecepatan bereaksiku tersebut, aku bergerak ke kiri. Ketika secara sekilas Agus terlihat juga bergerak ke arah kiriku untuk menutup gerakku, aku langsung bergerak ke kanan dengan cepat dan berhasil melewati Agus.
Kejadian kedua yaitu ketika Agus membawa bola dan aku berusaha menutup gerakannya. Agus berusaha mengecohku dengan bergerak kekanan sebentar padahal sebenarnya akan bergerak ke kiri. Walaupun aku sempat terkecoh dengan bergerak ke kiri (atau sebelah kanannya Agus) namun dengan kecepatan penglihatanku aku melihat Agus bergerak ke kiri sehingga dengan kecepatanku bereaksi aku segera bergerak ke kanan dengan cepat. Ketika bergerak ke kanan, awalnya aku berusaha untuk menutupi gerakan Agus, tapi ketika aku melihat ada kesempatan, aku ubah niatku menjadi berusaha untuk merebut bolanya. Mungkin Agus merasa yakin gerakan kecohannya tadi berhasil sehingga kurang berhati-hati dalam men-drible bola sehingga ketika aku berusaha merebut bolanya, penguasaan bolanya kurang sempurna sehingga bolanya terebut olehku. Setelah merebut bola aku langsung berlari menuju ring lawan tanpa ada lawan lagi di depanku karena Agus tadi berada di posisi paling belakang dari tim kelas 2. Agus yang mengejarku kalah cepat dalam berlari. Mungkin karena kecewa kehilangan bola dan kalah dalam berlari, dia berusaha meraih dan menarikku untuk menjatuhkanku. Aku bisa menghindarinya dengan mudah. Aku sampai di depan ring tanpa hambatan, bola dengan mudah kumasukkan ke ring lawan.
Kejadian ketiga adalah ketika Agus kembali menghadangku. Kali ini Agus sepertinya lebih berhati-hati menghadapiku. Ketika aku mencondongkan badan ke kiri atau ke kanan, dia tidak langsung terpancing bergerak ke kiri atau ke kanan. Sepertinya dia menunggu kepastian dan tidak mau terkecoh lagi. Melihat hal tersebut, aku bergerak ke kiri seakan-akan cuma mau mengecoh tapi langsung kulanjutkan bergerak ke kiri dengan cepat. Agus yang terlambat mengantisipasiku bisa kulewati. Bola tidak kuumpan tapi terus kubawa ke samping kiri lalu aku menembak ke arah ring. Aku mengingat kembali posisi anggota tubuhku, tinggi sudut lemparan, besarnya tenaga sampai tingkat konstraksi atau peregangan otot yang diperlukan untuk menembak bola ke arah ring. Tapi ketika aku belum sampai pada posisi tangan dan tingkat konstraksi otot yang seharusnya, Agus sudah mendekat dengan tangan sudah bergerak mengarah untuk memblok tembakanku. Bola segera kutembakkan lepas dari tanganku. Hasilnya, bola tidak pas mengarah ke tengah-tengah ring seperti ketika latihan, tapi agak ke pinggir mengenai ring dan memantul keluar, bukan ke dalam ring, sehingga tidak masuk.
Kejadian keempat, Agus tidak hanya berusaha menghadang aku tapi juga berusaha dengan semangat untuk merebut bolaku. Aku sampai beberapa kali harus menghindar agar bolaku tidak terebut. Akhirnya aku melihat ada kesempatan. Ketika bola ku-drible dengan tangan tangan kanan, Agus mencoba merebut bola dengan tangan kanan dia. Dengan posisi seperti itu dia akan telat bergerak jika aku bergerak ke arah kiri. Maka bola di tangan kananku yang akan direbut Agus ku-drible lewat belakang punggungku untuk menghindari tangan kanan Agus dan kutangkap dan ku-drible dengan tangan kiri dan aku bergerak ke kiri melewati Agus. Posisi badan Agus yang menyilang atau meliuk ke kiri karena tangan kanannya mencoba meraih bolaku tadi menjadikan dia terlambat bergerak ke kanan (ke arah kiriku) untuk mengejar aku. Bola tidak kuoper tapi kubawa sampai ke samping kiri ring dan kutembakkan ke arah ring. Agus yang telat menyusulku tidak sempat menggangguku ketika aku melakukan penembakkan bola (shooting) sehingga tembakanku berhasil dengan sempurna masuk ke dalam ring sebagaimana biasa kulakukan ketika latihan.
Kejadian kelima ketika Agus menghadangku bersama 1 orang anggota tim kelas 2 yang lain. Aku berusaha lebih lagi dalam mempertahankan bolaku dan berusaha menghindari upaya perebutan bola dari dua orang. Aku melihat ada kesempatan ketika Andi mendekat dari belakang Agus untuk membantuku. Aku lemparkan bola ke bawah diantara dua kaki Agus dengan sedikit kutambahi putaran sehingga bolanya memantul ke belakang Agus, tidak mengenai badan Agus, dan diterima oleh Andi.
Kejadian keenam adalah ketika aku berhasil menggagalkan operan Agus. Setelah berhasil kuhadang ketika membawa bola sebagai point guard, Agus tidak pernah berhadapan 1 lawan 1 lagi denganku ketika membawa bola. Jadi ketika aku sudah mendekat untuk menghadang Agus, dia langsung mengoper bola ke temannya anggota tim kelas 2. Dan ketika dia kujaga ketat, temannya anggota tim kelas 2 tidak mengoperkan bola ke Agus. Suatu ketika aku mendekat untuk menghadang Agus, Agus langsung mengoper bola ke temannya yang lain. Dengan kecepatan penglihatanku aku bisa melihat arah lemparan bolanya dan dengan kecepatanku dalam bergerak dan bereaksi aku berhasil menjulurkan tanganku tepat waktu sehingga akhirnya lemparan bola tersebut terpotong mengenai tanganku tidak sampai ke anggota tim kelas 2 yang dituju. Bola jatuh ke dekat Andi dan akhirnya dibawa oleh Andi.
Pertandingan selesai dengan kemenangan tim kelas 2, aku lupa berapa skornya (nilainya). Walaupun begitu, penentuan pemilihan pemain tidak berdasarkan kemenangan tersebut, tetapi berdasarkan penampilan (performance) masing-masing orang. Aku berhasil memasukkan beberapa bola (aku lupa tepatnya) tapi juga gagal memasukkan bola beberapa kali (aku juga lupa tepatnya). Aku juga beberapa kali gagal mengoper (passing) bola. Akhirnya diumumkan bahwa 5 orang yang terpilih adalah Andi, 3 orang dari tim kelas 2, dan yang terakhir dipilih adalah aku. Agus termasuk yang tidak terpilih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar