Suatu hari ketika aku dan Bunga berjalan habis bermain di sekitar kota,
tiba-tiba ada lima orang murid SMA yang menghadang kami.
“Wah tidak disangka bisa bertemu disini. Masih ingat aku?”, tanya salah
satu cowok yang berbadan gagah dan berwajah tampan.
“Siapa ya?”, jawab Bunga agak ketus sambil mendekat ke aku dan memegang
lenganku.
“Jangan pura-pura lupa. Kamu dulu yang menghajarku dan membuatku
dikeluarkan dari SMA 1”, kata cowok tersebut dengan nada kesal. Sepertinya dia
adalah cowok yang diceritakan Bunga dalam kasusnya.
“Terus kenapa? Mau balas dendam? Ayo maju, dasar cowok pengecut”, tanya
Bunga kesal sambil melepaskan tanganku dan bersiap. Aku heran kenapa Bunga
seakan berusaha memancing kemarahan cowok tersebut.
“Pengecut bagaimana maksudmu?”, tanya cowok tersebut yang sudah mulai
terlihat menahan marahnya.
“Mengajak banyak teman hanya untuk menghadapi aku yang seorang cewek, apa
bukan pengecut namanya?”, jawab Bunga. Sepertinya Bunga sengaja menyebut dia
pengecut agar mereka tidak mengeroyok kami.
“Siapa bilang kami mau mengeroyokmu?”, jawab cowok tersebut. “Aku
menantangmu duel, dan mereka adalah saksiku”, lanjutnya. Pancingan Bunga
berhasil, namun aku tidak meyangka ternyata cowok tersebut akan mengajak duel.
“Kamu tahu konsekuensi dari duel, kan?”, tanyaku sambil maju ke depan, berusaha
menasehati agar tidak terjadi duel.
“Ooo pantas kamu berani. Ternyata pacarmu ini bisa silat juga?”, kata dia
kepada Bunga. “Tentu saja aku tahu, bodoh. Aku sudah belajar silat lebih lama
darimu”, jawabnya padaku sambil mengejek.
Aku berpikir, jika dia belajar silat lebih lama dariku, jangan-jangan
orang tuanya juga pesilat. Tapi aku ragu. Atau jangan-jangan itu hanya
omongannya meremehkanku karena mengira aku baru belajar silat sejak SMA seperti
kebanyakan murid SMA lainnya?
Aku mau membalas ejekannya dan meneruskan usahaku menasehatinya namun
Bunga mencegahku dengan memberiku isyarat untuk mundur. Mungkin Bunga berpikir
bahwa orang seperti dia tidak bisa dinasehati dengan kata-kata. Aku percaya
Bunga akan bisa mengalahkannya jadi akupun diam dan mundur.
“Kamu paham kan bahwa dalam duel, kemenangan ditentukan jika lawan sudah
menyerah atau tidak bisa melawan lagi? walaupun sampai meninggal atau cacat?
dan tidak akan menuntut secara hukum?”, tanya Bunga menegaskan.
“Tentu saja”, jawabnya kesal karena merasa diremehkan.
“Baiklah, aku mengaku kalah”, kata Bunga tiba-tiba. “Silakan jika mau
mencatat atau mengumumkan ke pesilat lain bahwa kamu telah mengalahkanku”,
lanjut Bunga dengan cueknya sambil berbalik arah mengajakku pergi.
Aku hanya tersenyum menahan rasa geliku dan mengikuti Bunga. Sesuai aturan
duel, jika Bunga mengalah atau tidak mau melawan maka akan dianggap kalah
sehingga bisa mempengaruhi namanya (reputasinya) di dunia persilatan. Namun
Bunga sepertinya tidak masalah dengan hal tersebut. Mungkin dia memang tidak
mau terlibat dunia persilatan sama sekali.
“Hey, tidak semudah itu”, teriak cowok tersebut sambil menyerang Bunga
dari belakang.
Bunga bisa menghindar dengan mudah dan membalikkan badan menghadapinya.
Sepertinya dia sudah menduga bahwa cowok tersebut akan menyerangnya. Cowok
tersebut seakan sudah menduga bahwa serangannya dapat dihindari dan langsung
meneruskan dengan serangan-serangan yang lain. Bunga pun sudah siap dengan
jurusnya sehingga dapat menghindari serangan-serangan selanjutnya. Aku menjauh
agar tidak mengganggu pertarungan mereka, sambil mengawasi teman-teman cowok
tersebut jangan sampai mereka membantu cowok tersebut. Mereka pun mengawasi aku
seakan-akan menjaga agar aku tidak membantu Bunga.
Kemudian aku mengamati jurus cowok tersebut. Aku mencoba membayangkan jika
aku yang melawan cowok tersebut dan menjadikannya sebagai latihan bayangan (image training).
Aku telah diajari ayah cara berlatih dengan membayangkan (image training). Latihan bayangan bisa dengan membayangkan gerakan
lawan melawan gerakan kita sendiri sehingga kita seakan melamun. Latihan
bayangan bisa juga dengan membayangkan gerakan sendiri ketika melihat gerakan
orang lain seperti yang kulakukan sekarang ketika mengamati gerakan cowok
lawannya Bunga tersebut. Latihan dengan membayangkan selain melatih ingatan
kita juga untuk meningkatkan penguasaan kita terhadap suatu jurus. Aku sudah
sering berlatih dengan membayangkan terutama ketika mencoba menganalisis suatu
jurus melawan jurus yang lain dalam tantangan 3 kali kena.
Dari hasil pengamatanku, jurus cowok tersebut bukan jurus yang sederhana
dan gerakannya tidak lambat. Pergantian gerakan antar jurus juga seakan tidak
berjeda. Aku sampai kesulitan melawannya dalam latihan bayanganku. Sepertinya
dia sudah melatih dengan sungguh-sungguh jurus-jurusnya khusus untuk menghadapi
Bunga. Sepertinya dia juga sudah melatih fisiknya (kemampuan tubuhnya) dan
pernafasannya sehingga bisa terus bergerak seakan tanpa jeda. Aku jadi teringat
latihanku untuk mengalahkan tantangan 10 menit.
Bunga lebih mengagumkan. Dengan serangan bertubi-tubi seperti itu, dia
bisa terus bergerak untuk menghindarinya. Walaupun dia seorang cewek yang
postur tubuhnya (besarnya tubuh) lebih kecil dari cowok tersebut, dia masih
bisa terus mengimbangi gerakan dan kecepatan cowok tersebut. Bahkan sepertinya
Bunga belum bersungguh-sungguh dalam melawan cowok tersebut karena dari tadi
dia belum balas menyerang cowok tersebut.
“Kamu meremehkan aku ya?”, kata cowok tersebut dengan jengkel sambil
tiba-tiba menghentikan serangannya. “Kenapa dari tadi kamu hanya menghindar dan
tidak menyerangku?”, tanya dia selanjutnya.
“Untuk apa?”, jawab Bunga dengan cuek.
“Argh”, teriaknya marah tidak tahu harus ngomong apa, sambil kembali
menyerang Bunga.
Kali ini dia menyerang dengan lebih cepat lagi. Dengan serangan yang
bertubi-tubi dan lebih cepat dari sebelumnya, Bunga masih berusaha terus
menghindar dengan gerakan-gerakan yang lebih sulit lagi. Setelah beberapa lama,
Bunga terlihat mulai kewalahan. Gerakannya seakan agak terlambat sehingga
hampir saja dia tidak bisa menghindari serangan-serangan cowok tersebut. Apakah
mungkin Bunga sudah mulai kelelahan karena gerakan-gerakan menghindarnya yang
sulit yang memerlukan lebih banyak tenaga?, atau mungkin karena ritme pertarungan
yang tidak sesuai dengannya karena dia tidak mau menyerang? Seingatku jurus
Bunga juga ada gerakan menyerangnya. Jika gerakan menyerang tersebut tidak
dilakukan oleh Bunga, alur gerakannya menjadi tidak sesuai dengan jurus aslinya
sehingga perlu usaha lebih untuk mengatur gerakan dan pernafasannya. Mungkin
karena itu gerakan Bunga seakan agak terlambat.
Setelah beberapa kali hampir terkena serangan, akhirnya Bunga mulai
menyerang balik. Cowok tersebut seakan kaget namun sempat menghindar. Selanjutnya
ritme pertarungan tidak hanya dikuasai oleh cowok tersebut. Aku jadi teringat
ketika bertarung dengan Bunga. Aku lalu mengamati jurus Bunga. Berbeda dengan
saat melawannya, sekarang aku bisa mengamati jurus Bunga dengan lebih cermat
karena tidak harus memikirkan gerakan untuk melawannya. Serangan-serangan Bunga
jika dihindari maka akan mengganggu keseimbangan. Cowok tersebut mulai
kewalahan menghindari serangan-serangan Bunga. Akhirnya dia terjatuh ketika
terkena serangan Bunga. Bunga kemudian menghentikan serangannya. Dia lalu
mengajakku pergi.
Akhirnya aku mengerti kenapa ketika mengenai aku dulu serangan Bunga
seakan kurang bertenaga sehingga aku tidak merasa kesakitan, sedangkan lawan
Bunga lainnya merasakan kesakitan. Serangan Bunga yang jika berhasil dihindari
akan mengganggu keseimbangan, sepertinya memang tidak bertujuan untuk kena
sasaran, sehingga Bunga tidak memberikan tenaga atau tekanan yang berlebih,
karena serangan tersebut memang bertujuan hanya untuk mengganggu keseimbangan.
Namun ketika Bunga yakin serangannya akan kena karena tidak bisa dihindari
maupun ditangkis lagi, maka Bunga menambahkan tenaga pada serangannya, sehingga
lawan akan merasa kesakitan ketika terkena serangannya. Ketika dulu aku sengaja
menerima serangan Bunga, sepertinya serangan tersebut termasuk serangan yang
seharusnya bisa kuhindari, sehingga Bunga tidak menyerang dengan bertenaga.
Berbeda dengan serangan Bunga kali ini yang bertenaga dan sampai bisa
menjatuhkan lawannya.
“Ngapain berhenti?”, tanya cowok tersebut. “Aku belum kalah, mau kemana
kau”, lanjutnya sambil berdiri, dengan nada meninggi karena melihat Bunga
pergi.
Bunga tetap tidak menghiraukan omongan cowok tersebut dan terus berjalan
pergi menjauh. Aku mengikuti dari belakang sambil tetap waspada mengawasi
mereka. Mereka terlihat berdebat membicarakan sesuatu. Tiba-tiba mereka berlari
ke arah kami dan bersiap menyerang kami. Akupun bersiap menghadapi mereka.
“Berhenti”, teriak Bunga tiba-tiba. Ternyata dia juga waspada. “Ternyata
kalian memang pengecut, beraninya main keroyokan”, lanjut Bunga.
“Sudah, gak usah banyak bicara”, jawab cowok tersebut. “Aku tahu siasatmu
bicara begitu agar aku melawanmu satu lawan satu, namun kemudian kamu mengaku
kalah atau tidak mau melawanku agar aku tidak menghajarmu”, lanjut cowok
tersebut. “Buktinya hanya karena bisa mengenaiku sekali kamu sudah merasa
menang dan mau pergi”, lanjutnya.
“Sudah kalah bukannya sadar malah semakin sombong”, kata Bunga. “Baiklah
aku akan melawanmu satu lawan satu”, lanjut Bunga sepertinya berusaha mencegah
agar mereka tidak mengeroyok.
“Aku tahu jurus menghindarmu lumayan makanya kamu mengajak satu lawan
satu”, kata cowok tersebut. “Aku tidak akan terkecoh lagi. Serang”, lanjutnya
sambil memberi aba-aba ke teman-temannya yang telah mengepung kami untuk
menyerang.
Akhirnya mereka berlima menyerang secara bersamaan. Tiga orang menyerang
ke arahku dan dua orang yang salah satunya adalah cowok tersebut, menyerang ke
arah Bunga. Aku yang sudah bersiap langsung menghindari serangan mereka dan bergerak
menyerang salah satu dari mereka. Bunga dengan jurus menghindarnya berhasil
menghindari serangan dari dua orang tersebut dan memposisikan diri bertolak
belakang denganku punggung dengan punggung dan menghadap cowok tersebut.
Karena mereka bisa silat dan kuanggap kemampuan silat mereka setara dengan
cowok yang melawan Bunga tersebut, maka aku langsung memakai jurus yang lebih
tinggi dan melawan dengan cara melawan satu persatu sambil menghindari serangan
yang lain. Aku tadi sudah berlatih bayangan melawan jurus cowok yang melawan
Bunga tersebut maka aku bisa menentukan tingkat jurus yang harus kupakai. Cowok
pertama sepertinya tidak menduga kemampuan silatku sehingga aku berhasil
menyerangnya dan membuat gerakan dia terhenti karena kesakitan. Kemudian aku
melanjutkan dengan menyerang cowok kedua sambil masih menghindari cowok ketiga.
Cowok kedua sudah lebih waspada dari pada cowok pertama tadi sehingga aku baru
berhasil mengenainya setelah beberapa gerakan, sambil menghindari serangan
cowok ketiga dan cowok pertama yang sudah mulai menyerang lagi. Setelah
serangan cowok kedua agak terhenti karena kesakitan, aku kembali menyerang
cowok pertama yang sudah kesakitan agar segera bisa kukalahkan dan tidak
menyerangku lagi. Karena sedang kesakitan sehingga aku bisa mengenai cowok
pertama tersebut dengan segera.
Setelah cowok pertama dan kedua terhenti serangannya karena kesakitan, aku
lanjutkan menyerang cowok keempat, yaitu salah satu cowok yang sedang menyerang
Bunga yang kebetulan posisinya lebih dekat daripada cowok ketiga. Cowok ketiga
yang sepertinya sudah bersiap bertahan karena mengira aku akan menyerangnya
jadi seperti terlambat menyerangku sehingga aku bisa menyerang cowok keempat
tanpa harus menghindari cowok ketiga. Cowok keempat yang sedang menyerang Bunga
tidak mengira aku akan menyerangnya sehingga seakan terlambat bereaksi atas
seranganku sehingga aku bisa mengenainya. Karena serangan cowok keempat
terhenti, Bunga yang sebelumnya hanya menghindar terus dari serangan dua orang,
sekarang jadi punya kesempatan menyerang balik ke cowok kelima, yaitu cowok
yang tadi melawannya satu lawan satu, sehingga menjadi pertarungan satu lawan
satu dan Bunga berhasil mengenainya.
Sebelum cowok pertama, kedua dan keempat kembali menyerang aku lanjutkan
dengan menyerang cowok ketiga. Karena tidak ada gangguan serangan dari yang
lain sehingga aku bisa fokus menyerang cowok ketiga dan bisa langsung
mengenainya. Cowok kedua kembali menyerang, namun karena tidak bersamaan dengan
cowok yang lain sehingga aku bisa melawannya dengan mudah dan kembali
mengenainya. Cowok keempat dan ketiga hampir bersamaan kembali menyerangku
namun dengan mudah kuhindari dan kemudian keduanya terkena seranganku. Akhirnya
keempat cowok tersebut berhenti menyerang dan ternyata bersamaan dengan terjatuhnya
cowok kelima terkena serangan Bunga. Kemudian aku dan Bunga menghentikan
serangan.
“Untuk apa kalian belajar silat?”, tanya Bunga mencoba menceramahi mereka.
“Apakah untuk membela yang salah seperti dia yang bernafsu balas dendam
padaku?”, tanya Bunga kepada keempat cowok lainnya sambil menunjuk cowok
kelima. “Aku dulu melawannya hanya untuk membela diri. Coba kalian tanyakan
kejadian sebenarnya ke dia”, lanjut Bunga.
Mereka terdiam dan tidak ada tanda-tanda untuk kembali menyerang sehingga
akhirnya aku dan Bunga pergi meninggalkan mereka.
“Terima kasih telah membantuku. Maaf jadi melibatkanmu”, kata Bunga
padaku.
“Gak pa pa”, jawabku pendek sambil tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar