Suatu hari ketika aku dan Bunga naik angkutan umum kembali dari bermain di
kota, kami melihat Agus dan teman-temannya berdiri di pinggir jalan berhadapan
dengan sekelompok orang. Sepertinya Agus dan teman-temannya dihadang sekelompok
orang tersebut. Dari sekelompok orang tersebut, aku ingat beberapa wajah adalah
orang yang mengeroyokku dan Bunga di depan sekolah waktu itu.
“Bukankah itu Agus dan teman-teman sedang dihadang geng yang menyerang
kita dulu?”, tanyaku memberitahu Bunga. “Ayo kita tolong”, lanjutku yang
bersiap untuk turun dari angkutan umum.
“Tidak usah”, jawab Bunga dengan cepat mencegahku. “Jangan ikut campur
urusan antar geng”, lanjut Bunga.
“Aku tidak yakin Agus dan teman-teman bisa melawan mereka. Katamu kita
harus menolong orang yang butuh pertolongan?”, tanyaku ke Bunga.
“Itu kan tawuran antar geng, jadi bukan termasuk yang harus ditolong”,
jawab Bunga. “Agus dan teman-teman sudah tahu konsekuensinya (akibat dari
terlibat geng)”, lanjut Bunga.
Akhirnya kamipun lanjut pulang tidak membantu Agus maupun melihat
pertarungan mereka.
Hari berikutnya setelah pulang sekolah, ketika aku dan Bunga bertemu di
halaman sekolah bersiap mau berangkat bermain di kota, tiba-tiba Agus dan
teman-temannya menghentikan kami.
“Kalian harus ikut menolong. Sekolah kita akan diserang geng yang waktu
itu mengeroyok kalian di depan sekolah”, kata Agus serius. Terlihat beberapa
bekas luka di wajahnya. Teman-teman Agus yang lain juga terlihat luka-luka
bekas perkelahian.
“Itu kan urusan kalian”, jawab Bunga ketus. Agus melirik ke arah Bunga
terlihat agak kesal dan mau menanggapi ucapan Bunga namun dia tahan. Bunga
membalas lirikan Agus dengan tatapannya.
“Dengarkan dulu penjelasan kami”, kata Agus setelah mencoba menahan rasa
kesalnya. Kemudian dia menjelaskan dengan panjang lebar.
Setelah kakak pemimpin geng SMA kami lulus, tidak ada lagi yang menjaga
SMA kami sehingga ada murid yang berani menjahili (mem-bully) murid lain. Aku jadi teringat ketika menolong murid yang
dijahili. Selain itu, geng-geng SMA kami yang sebelumnya sudah bersatu di bawah
kakak pemimpin geng, kembali terpecah menjadi beberapa geng. Aku jadi teringat
perkelahian geng Agus dengan geng lain di atas gedung. Karena geng Agus
kebanyakan anggotanya telah belajar silat, akhirnya geng Agus berhasil
mengalahkan semua geng di SMA kami, namun tidak bisa mempersatukan geng-geng
SMA kami. Ternyata perginya kakak pemimpin geng SMA kami tidak hanya
berpengaruh di dalam SMA kami tapi juga berpengaruh di luar SMA kami.
Selama ini geng-geng di luar SMA kami tidak berani mengganggu SMA kami
karena ada kakak pemimpin geng. Geng-geng di luar SMA kami tidak hanya
geng-geng dari SMA lain tapi juga termasuk geng-geng yang anggotanya tidak
terbatas pada murid SMA. Salah satunya adalah geng Agus yang awalnya anggotanya
tidak hanya berasal dari murid-murid SMA. Setelah ketua geng Agus yang dulu
(temannya Agus) kukalahkan dalam duel, dia fokus berlatih silat sehingga jadi
tidak pernah terlibat dengan geng. Anggota lainnya yang bukan murid SMA kami,
juga mulai berpisah dan tidak terlibat dengan geng lagi sehingga geng Agus
sekarang hanya beranggotakan murid-murid SMA kami.
Walaupun tidak mewakili SMA kami, namun karena geng Agus berasal dari SMA
kami, maka ketika berada di luar SMA kami, tidak ada yang berani menganggu geng
Agus, karena ada kakak pemimpin geng di SMA kami. Aku tidak tahu apa yang telah
geng Agus perbuat di luar SMA. Aku juga tidak tahu apakah kakak pemimpin geng
mengetahui perbuatan geng Agus di luar SMA. Setelah kakak pemimpin geng lulus,
geng-geng lain jadi tidak takut dengan geng SMA kami, termasuk geng Agus,
sehingga berani menyerang geng Agus. Begitu menurut cerita Agus.
“Tidak mungkin geng lain menyerangmu jika gengmu tidak membuat masalah
dengan mereka”, kata Bunga curiga.
“Kami tidak membuat masalah kok”, jawab Agus.
“Aku gak percaya”, kata Bunga tegas. “Ketika kakak pemimpin geng masih ada
aja kalian sering membuat masalah di luar SMA, salah satunya ketika menghajar
Arya”, lanjut Bunga. “Memang benar kakak pemimipin geng disegani oleh geng
lain, tapi bukan hanya karena kemampuan silatnya. Dia disegani lebih karena
kebijakannya. Dia tidak pernah mengganggu dan memulai masalah dengan geng lain.
Jika ada murid SMA kita bermasalah dengan geng di luar SMA kita, dia akan
berusaha mendamaikan dengan melihat siapa yang benar dan siapa yang salah. Dia
tidak asal membela, namun dia tetap mau melindungi SMA kita, sehingga geng lain
jadi segan dan tidak mengganggu SMA kita“, lanjut Bunga panjang. “Jadi tidak
mungkin hanya karena dia sudah lulus, geng lain tiba-tiba mau menyerang SMA
kita tanpa sebab”, lanjut Bunga.
“Beneran. Iya kan teman-teman?”, tanya Agus ke teman-temannya meminta
dukungan.
“Apapun alasannya, belajar silat bukan untuk tawuran, jadi kami tidak akan
ikut. Kami hanya akan membela diri dan melindungi teman-teman yang tidak
terlibat jika mereka sampai menyerang kami yang tidak terlibat”, jawabku sambil
melihat ke Bunga. Bunga hanya diam tidak membantah. Kamipun lalu pergi meninggalkan
Agus dan teman-temannya.
Di angkutan umum, aku menanyakan kepada Bunga apakah jawabanku tadi sudah
tepat. Bunga hanya mengangguk pelan mengiyakan. Aku bertanya bukankah sebaiknya
Bunga lapor ke ayahnya agar para geng itu ditangkap? atau kita lapor ke pihak
sekolah? Bunga menjelaskan bahwa polisi tidak bisa asal menangkap orang jika
belum melakukan kejahatan. Yang bisa dilakukan hanya menghimbau, itupun
himbauan secara umum ke semua orang. Polisi tidak bisa bertindak hanya
berdasarkan prasangka, polisi tidak boleh berprasangka buruk (prejudice). Pihak sekolah juga sama,
yaitu tidak bisa bertindak dengan prasangka buruk (prejudice). Itupun hanya bisa mengatur murid-muridnya atau di
lingkungan sekolah.
“Aku jadi tidak mood (tidak
semangat) bermain, kita pulang aja”, kata Bunga tiba-tiba setelah beberapa saat
diam setelah memberikan penjelasan padaku.
“Ada apa? Masak gara-gara memikirkan itu tadi jadi gak mood?”, tanyaku heran.
“Tanyakan saja ke ayahmu nanti”, jawab Bunga.
Aku semakin heran namun tidak bertanya lagi. Akhirnya kamipun berpisah dan
pulang ke rumah masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar