SMA kami tidak punya kolam renang dan tidak ada klub renang. Mungkin ada
murid-murid yang suka (hobi) renang tapi tidak sampai mendirikan klub renang.
Jadi aku dan Bunga belum pernah mencoba kegiatan renang bersama. Suatu hari
ketika kami naik angkutan umum dan melewati kolam renang kota, aku mengajak
Bunga untuk berenang bersama.
“Ayo kita ke kolam renang”, ajakku.
“Kamu mau lihat cewek-cewek berbaju renang ya?”, tanya Bunga menggodaku.
“Kalo begitu ngapain aku ngajak kamu?”, sanggahku.
“Berarti kamu pingin lihat aku pakai baju renang ya?”, tanya Bunga masih
menggodaku.
“Ya sudah kalau kamu gak mau”, jawabku pura-pura ngambek.
“Baiklah, besok aja pas libur akhir pekan kita ke kolam renang, sekarang
kan tidak bawa baju renang”, jawab Bunga. Akupun tersenyum.
Aku diajari berenang oleh ayah. Aku juga sering berenang dengan ayah. Aku
dan ayah sering ke kolam renang, selain untuk olahraga berenang, juga sebagai
liburan bersantai dari latihan. Selain mengajari renang, ketika di kolam renang
ayah juga mengajariku untuk merasakan gerakan-gerakan otot tubuh untuk
menganalisis jurus-jurus silat. Aku suka olahraga renang karena tubuh terasa
mengambang dan bebas bergerak. Oleh karena itu, renang adalah olahraga yang
paling sering kulakukan bersama ayah selain silat.
“Mau kemana Ya?”, tanya ayah heran ketika melihatku mau berangkat
pagi-pagi, karena biasanya pagi hari kami pakai untuk berlatih tanding.
“Ke kolam renang Yah”, jawabku singkat.
“Tunggu, ayah ikut”, kata ayah sambil tergesa-gesa mau menyiapkan pakaian
ganti.
“Jangan Yah, aku mau renang dengan Bunga”, kataku mencegah ayah.
Aku janjian ketemu Bunga di depan pintu masuk kolam renang. Setelah itu
kami masuk bersama. Setelah menentukan tempat duduk di sekitar kolam renang,
Bunga menuju ruang ganti untuk berganti pakaian renang. Aku yang sudah memakai
celana renang di dalam celanaku, tinggal membuka baju dan celanaku di tempat
duduk tersebut dan menunggu Bunga. Aku memakai celana renang model celana
pendek yang menutup sampai setengah paha. Bunga keluar dari ruang ganti dengan
berpakaian renang. Model baju renang Bunga tidak terlalu terbuka. Baju
renangnya menutupi tubuhnya dari leher dan setengah lengan atas sampai ke bawah
menutupi setengah pahanya. Jadi bagian yang tertutup seperti ketika memakai
celana pendek dan kaos oblong (t-shirt).
Walaupun tidak terbuka, namun karena baju renang model ketat sehingga membentuk
lekuk tubuh Bunga. Aku pun tertegun memandanginya.
“Kamu kira aku akan pakai baju renang yang minim ya?”, tanya Bunga
menggodaku.
“Gak”, jawabku pendek sambil berdiri dari tempat dudukku dan mengalihkan
pandanganku.
“Ternyata kamu tambah besar ya?”, kata Bunga ketika melihat tubuhku yang
bertelanjang dada (tidak memakai baju). “Ototmu juga tambah kencang”, kata
Bunga yang tiba-tiba sudah menyentuh dadaku. “Mana yang kamu bilang luka-luka
lebam habis latihan?”, tanya Bunga seakan meneliti (memeriksa) tubuhku.
“Sepertinya sudah sembuh dalam sehari semalam”, jawabku. “Terakhir latihan
kan kemarin pagi”, lanjutku.
Aku jadi menyadari bahwa tubuhku memang sudah bertambah besar dan kuat.
Dulu serangan ayah di pagi hari masih terasa sakit sampai sore harinya, bahkan
ada yang meninggalkan bekas lebam. Namun sekarang seakan lebih cepat sembuh.
“Ayo balapan”, ajakku mengalihkan pembicaraan sambil menarik tangannya
yang sedang memegang dadaku, menggandengnya menuju ke pinggir kolam renang. Setelah
memakai kacamata renang, kami kemudian meloncat bersama ke kolam renang dan
balapan berenang dari ujung ke ujung kolam renang. Akhirnya aku yang menang.
Kamipun balapan lagi tapi dengan gaya yang dipakai harus sama. Semua gaya
telah dicoba dan hasilnya selalu aku yang menang. Sepertinya Bunga memang
pandai berenang namun secara kecepatan masih kalah dariku. Mungkin karena
tenagaku yang lebih besar atau karena aku lebih sering berenang daripada Bunga.
Selain balapan renang, kami juga melakukan permainan yang biasa dilakukan
di kolam renang, seperti lomba mengambil koin (uang logam) yang di lempar ke
kolam, lomba tahan nafas di dalam air, dan sebagainya. Ketika lomba menahan
nafas di dalam air, kami menyelam berhadapan-hadapan. Di dalam air kami saling
memandang berdiam diri selama beberapa waktu. Aku memandangi wajah Bunga dan
menatap wajahnya. Selama ini aku tidak pernah memperhatikan wajah Bunga sedekat
ini dan selama ini. Walaupun di dalam air dan sebagian tertutup kacamata renang,
Bunga terlihat cantik. Bunga tersenyum, akupun balas tersenyum. Kemudian Bunga
muncul ke permukaan terlebih dulu. Karena sudah menang, akupun menyusulnya.
Setelah merasa puas berenang dan bermain dan juga karena hari sudah
semakin siang, kamipun berbilas (mandi) dan berganti pakaian di kamar ganti
masing-masing. Aku selesai duluan dan menunggu Bunga. Ketika Bunga keluar dari
kamar ganti, aku tertegun melihatnya. Dia kelihatan cantik dan menarik dengan
rambut basahnya. Baru kali ini aku melihatnya dengan rambut yang basah sehabis
keramas. Tadi selama berenang dia memakai tutup kepala, jadi aku tidak melihat
rambutnya.
“Ada apa? Ayo pulang”, tanya Bunga menyadarkan ketertegunanku.
Mulai saat itu, aku dan Bunga jadi sering berenang bersama ketika libur
akhir pekan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar