Senin, 27 Januari 2020

#51 Berenang bersama



SMA kami tidak punya kolam renang dan tidak ada klub renang. Mungkin ada murid-murid yang suka (hobi) renang tapi tidak sampai mendirikan klub renang. Jadi aku dan Bunga belum pernah mencoba kegiatan renang bersama. Suatu hari ketika kami naik angkutan umum dan melewati kolam renang kota, aku mengajak Bunga untuk berenang bersama.
“Ayo kita ke kolam renang”, ajakku.
“Kamu mau lihat cewek-cewek berbaju renang ya?”, tanya Bunga menggodaku.
“Kalo begitu ngapain aku ngajak kamu?”, sanggahku.
“Berarti kamu pingin lihat aku pakai baju renang ya?”, tanya Bunga masih menggodaku.

“Ya sudah kalau kamu gak mau”, jawabku pura-pura ngambek.
“Baiklah, besok aja pas libur akhir pekan kita ke kolam renang, sekarang kan tidak bawa baju renang”, jawab Bunga. Akupun tersenyum.
Aku diajari berenang oleh ayah. Aku juga sering berenang dengan ayah. Aku dan ayah sering ke kolam renang, selain untuk olahraga berenang, juga sebagai liburan bersantai dari latihan. Selain mengajari renang, ketika di kolam renang ayah juga mengajariku untuk merasakan gerakan-gerakan otot tubuh untuk menganalisis jurus-jurus silat. Aku suka olahraga renang karena tubuh terasa mengambang dan bebas bergerak. Oleh karena itu, renang adalah olahraga yang paling sering kulakukan bersama ayah selain silat.
“Mau kemana Ya?”, tanya ayah heran ketika melihatku mau berangkat pagi-pagi, karena biasanya pagi hari kami pakai untuk berlatih tanding.
“Ke kolam renang Yah”, jawabku singkat.
“Tunggu, ayah ikut”, kata ayah sambil tergesa-gesa mau menyiapkan pakaian ganti.
“Jangan Yah, aku mau renang dengan Bunga”, kataku mencegah ayah.
Aku janjian ketemu Bunga di depan pintu masuk kolam renang. Setelah itu kami masuk bersama. Setelah menentukan tempat duduk di sekitar kolam renang, Bunga menuju ruang ganti untuk berganti pakaian renang. Aku yang sudah memakai celana renang di dalam celanaku, tinggal membuka baju dan celanaku di tempat duduk tersebut dan menunggu Bunga. Aku memakai celana renang model celana pendek yang menutup sampai setengah paha. Bunga keluar dari ruang ganti dengan berpakaian renang. Model baju renang Bunga tidak terlalu terbuka. Baju renangnya menutupi tubuhnya dari leher dan setengah lengan atas sampai ke bawah menutupi setengah pahanya. Jadi bagian yang tertutup seperti ketika memakai celana pendek dan kaos oblong (t-shirt). Walaupun tidak terbuka, namun karena baju renang model ketat sehingga membentuk lekuk tubuh Bunga. Aku pun tertegun memandanginya.
“Kamu kira aku akan pakai baju renang yang minim ya?”, tanya Bunga menggodaku.
“Gak”, jawabku pendek sambil berdiri dari tempat dudukku dan mengalihkan pandanganku.
“Ternyata kamu tambah besar ya?”, kata Bunga ketika melihat tubuhku yang bertelanjang dada (tidak memakai baju). “Ototmu juga tambah kencang”, kata Bunga yang tiba-tiba sudah menyentuh dadaku. “Mana yang kamu bilang luka-luka lebam habis latihan?”, tanya Bunga seakan meneliti (memeriksa) tubuhku.
“Sepertinya sudah sembuh dalam sehari semalam”, jawabku. “Terakhir latihan kan kemarin pagi”, lanjutku.
Aku jadi menyadari bahwa tubuhku memang sudah bertambah besar dan kuat. Dulu serangan ayah di pagi hari masih terasa sakit sampai sore harinya, bahkan ada yang meninggalkan bekas lebam. Namun sekarang seakan lebih cepat sembuh.
“Ayo balapan”, ajakku mengalihkan pembicaraan sambil menarik tangannya yang sedang memegang dadaku, menggandengnya menuju ke pinggir kolam renang. Setelah memakai kacamata renang, kami kemudian meloncat bersama ke kolam renang dan balapan berenang dari ujung ke ujung kolam renang. Akhirnya aku yang menang.
Kamipun balapan lagi tapi dengan gaya yang dipakai harus sama. Semua gaya telah dicoba dan hasilnya selalu aku yang menang. Sepertinya Bunga memang pandai berenang namun secara kecepatan masih kalah dariku. Mungkin karena tenagaku yang lebih besar atau karena aku lebih sering berenang daripada Bunga.
Selain balapan renang, kami juga melakukan permainan yang biasa dilakukan di kolam renang, seperti lomba mengambil koin (uang logam) yang di lempar ke kolam, lomba tahan nafas di dalam air, dan sebagainya. Ketika lomba menahan nafas di dalam air, kami menyelam berhadapan-hadapan. Di dalam air kami saling memandang berdiam diri selama beberapa waktu. Aku memandangi wajah Bunga dan menatap wajahnya. Selama ini aku tidak pernah memperhatikan wajah Bunga sedekat ini dan selama ini. Walaupun di dalam air dan sebagian tertutup kacamata renang, Bunga terlihat cantik. Bunga tersenyum, akupun balas tersenyum. Kemudian Bunga muncul ke permukaan terlebih dulu. Karena sudah menang, akupun menyusulnya.
Setelah merasa puas berenang dan bermain dan juga karena hari sudah semakin siang, kamipun berbilas (mandi) dan berganti pakaian di kamar ganti masing-masing. Aku selesai duluan dan menunggu Bunga. Ketika Bunga keluar dari kamar ganti, aku tertegun melihatnya. Dia kelihatan cantik dan menarik dengan rambut basahnya. Baru kali ini aku melihatnya dengan rambut yang basah sehabis keramas. Tadi selama berenang dia memakai tutup kepala, jadi aku tidak melihat rambutnya.
“Ada apa? Ayo pulang”, tanya Bunga menyadarkan ketertegunanku.
Mulai saat itu, aku dan Bunga jadi sering berenang bersama ketika libur akhir pekan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar