Pagi itu aku berhasil mengalahkan tantangan 3 kali kena untuk jurus kedua
(jurus B). Berarti mulai besok tantangan 3 kali kenanya adalah melawan jurus
ketiga (jurus C) yang kupakai untuk mengalahkan jurus kedua (jurus B). Aku
bingung harus memakai jurus mana untuk melawan jurus ketiga (jurus C) tersebut.
Karena jurus ketiga (jurus C) tersebut adalah jurus yang tingkat kesulitannya
tinggi. Jurus pertama (jurus A) yang dulu kupilih ketika melawan tantangan 10
menit adalah jurus yang tingkat kesulitannya sedang, maka untuk mengalahkannya
aku memakai jurus kedua (jurus B) yang tingkat kesulitannya lebih tinggi. Dan
untuk mengalahkan jurus kedua (jurus B) yang tingkat kesulitannya lebih tingi
aku memakai jurus ketiga (jurus C) yang tingkat kesulitannya lebih tinggi lagi,
sehingga sekarang aku bingung memilih jurus apa untuk mengalahkan jurus ketiga
(jurus C).
“Yah, jurus ketiga ini kan tingkat kesulitannya tinggi, kira-kira aku
harus pakai jurus yang mana untuk melawannya?”, tanyaku meminta pendapat ayah
atas kebingunganku.
“Kan masih banyak jurus yang tingkat kesulitannya juga tinggi”, jawab
ayah.
“Tapi Yah, apakah jurus-jurus tersebut bisa untuk mengalahkan jurus ketiga
(jurus C) tersebut?”, tanyaku masih bingung.
“Itulah tujuan tantangan 3 kali kena ini”, kata ayah. “Tujuan utamanya kan
agar penguasaan jurusmu meningkat karena kamu menganalisis setiap gerakan dari
jurusmu dibandingkan dengan jurus yang ayah pakai, dan mempraktekkannya dengan
berlatih tanding dengan ayah”, lanjut ayah. “Jika dengan mudah diketahui bahwa
jurus yang kamu pakai lebih hebat daripada jurus yang ayah pakai, maka jadi
kurang menantang dong. Selain itu ayah juga ingin tahu jurus mana sebenarnya
yang lebih unggul”, lanjut ayah.
“Tapi Yah, jika misalnya aku memilih jurus ini (jurus D) dan ternyata tetap
tidak bisa mengalahkan jurus yang ayah pakai (jurus C), maka latihanku tidak
berkembang ke jurus yang lain dong”, tanyaku.
(penyadur: untuk lebih mudahnya,
kita sebut saja jurus yang dipakai Arya untuk melawan jurus C tersebut adalah
jurus D)
“Jika sampai terjadi seperti itu maka nanti akan kita balik. Kamu pakai
jurus ketiga (jurus C) dan ayah pakai jurus tersebut (jurus D). Kalau setelah
kita balik hasilnya jadi kamu yang menang, maka kamu bisa lanjut ke jurus yang
lain. Jika setelah kita balik kamu tetap tidak bisa mengalahkan ayah, berarti
penguasaanmu terhadap jurus tersebut (jurus D) masih kurang”, jawab ayah.
“Berapa kali bertanding Yah untuk menentukan kapan kita bertukar pemakaian
jurus?”, tanyaku.
“Bagaimana kalau 10 kali pertandingan”, jawab ayah.
“Lalu ketika setelah bertukar jurus aku masih kalah, berarti pertandingan
selanjutnya langsung bertukar jurus lagi sampai dengan aku bisa mengalahkan
jurus ayah?”, tanyaku memastikan.
“Iya”, jawab ayah singkat.
“Jika jurus-jurus yang sulit sudah dipakai untuk tantangan 3 kali kena
semua, bagaimana dengan jurus yang lebih mudah yang belum dipakai Yah?”,
tanyaku ke ayah.
“Nanti akan ayah jelaskan sebelum latihan tantangan berikutnya. Untuk saat
ini kamu fokus menyelesaikan tantangan 3 kali kena saja dulu”, kata ayah yang
membuatku semangat (excited) karena
mengetahui akan ada tantangan selanjutnya setelah tantangan 3 kali kena.
Setelah mendapat penjelasan dari ayah tersebut, akhirnya aku memilih jurus
tersebut (jurus D) untuk melawan jurus ketiga (jurus C) dalam tantangan 3 kali
kena selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar