Senin, 25 Februari 2019

#38 Permainan melewati rintangan



Setelah memastikan letak taman pinggir sungai yang dimaksud, hari selanjutnya aku dan Bunga pergi ke taman pinggir sungai. Kami janjian bertemu di taman kota, setelah itu baru kami bersama-sama menuju ke taman pinggir sungai dengan angkutan umum. Bunga duduk disampingku. Aku jadi teringat ketika naik angkutan umum dengan Mawar.
Di taman pinggir sungai sudah terlihat para anggota komunitas yang sedang asyik bermain. Beberapa orang pernah kami tahu dari komunitas yang di taman kota. Gerakan-gerakan mereka lebih susah dan lebih berbahaya sehingga lebih menantang. Kadang terlihat ada yang jatuh, tapi seakan tidak merasa sakit dan segera bangkit kembali. Tidak seperti permainan di taman kota, mereka jarang berhenti lama (untuk istirahat), sehingga kami tidak bisa mengajak ngobrol terlalu lama atau meminjam peralatan mereka.
“Disini sayang kalau cuma dipakai untuk berlatih atau menonton, semua pingin mencoba tantangan yang ada…”, kata seseorang yang pernah kami temui di taman kota ketika melihat kami yang hanya menonton tanpa membawa peralatan.
“Kalian ikut kami disini saja”, teriak seseorang dari kejauhan memanggil kami. Bunga memberi isarat mengajakku mendekat ke orang yang memanggil. Terlihat ada beberapa orang yang tidak membawa peralatan (sepeda, sepatu roda atau skateboard). Mereka berlarian dan melompat kesana kemari secara lincah. Orang yang tadi memanggil kami berhenti dan mendekati kami.

“Walau tidak memakai peralatan, kita masih bisa melakukan hal yang asyik dan menantang dengan tubuh kita”, katanya, “lihat!”, lanjutnya sambil menunjuk temannya yang sedang melompat sambil bersalto.
“Seperti mereka yang menggunakan alat, kita melewati jalur yang ada dengan cara yang lebih menantang, bukan sekedar dengan cara biasa”, katanya menjelaskan. “Jadi intinya hampir sama dengan yang menggunakan alat, yaitu secara kreatif mencoba menemukan cara baru yang lebih menantang dalam melewati rintangan atau jalur yang ada”, tambahnya. Aku teringat ketika pertama kali bertemu Bunga yang dia turun dari lantai atas tanpa melewati tangga.
“Begini kah?”, tanya Bunga yang tiba-tiba sudah berlari dan melompat melewati pegangan tangan tangga (handrail) dengan bersalto. Untung Bunga sedang memakai celana panjang bukan memakai rok.
“Betul”, jawab orang tersebut. “Tapi sebetulnya inti permainan atau olahraga ini adalah mencari cara tercepat dan termudah (paling efisien) dalam melewati rintangan dengan menggunakan seluruh tubuh, jadi tidak hanya terfokus (bertumpu) pada kekuatan kaki. Bisa dengan tangan, bisa dengan melompat, bisa dengan menerobos, bisa dengan berguling, dan sebagainya”, lanjutnya menjelaskan.
(penyadur: kalo jaman sekarang mungkin disebut Parkour)
“Kalian sepertinya sudah sering berolahraga sehingga tidak perlu kuajari dasar-dasarnya ya…langsung ikuti kami saja”, katanya yang segera berlari melewati rintangan. Aku dan Bunga segera menyusul di belakangnya dan mengikuti apa yang dia lakukan dalam melewati jalur yang ada. Dengan kemampuan kami, kami bisa dengan mudah mengikuti semua gerakan orang tersebut.
“Bagus juga kalian bisa mengikuti kami dengan baik”, kata orang tersebut. “Besok jika bermain bersama lagi, kalian coba membuat jalur dan melewatinya dengan kreativitas kalian sendiri”, lanjutnya. “Jika sudah terbiasa olahraga ini, maka setiap kali melihat sesuatu selalu terpikirkan ada berapa cara dan bagaimana cara untuk melewati sesuatu tersebut”, tutupnya sambil beranjak pergi meninggalkan kami.
Aku juga mau bergerak untuk pulang tapi dicegah Bunga.
“Kita nikmati dulu taman ini mumpung sepi”, kata Bunga sambi mengajakku berjalan sekeliling taman. Benar juga, dari tadi yang kami perhatikan hanyalah permainan para kounitas tersebut, tidak memperhatikan keindahan sekeliling taman. Setelah mengelilingi taman, kami duduk dirumput menghadap sungai yang airnya kelihatan berwarna jingga (orange) karena pantulan sinar matahari yang mulai tenggelam. Matahari seakan tenggelam di ujung sungai. Kami hanya duduk diam berdampingan menikmati pemandangan tersebut. Setelah matahari tenggelam, kami pun pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar