Di rumah aku menceritakan pada ayah dan ibu, perkelahianku dengan geng yang menyerang SMA-ku tersebut. Sepertinya ayah dan ibu tidak kaget dengan keputusanku tersebut. Mereka sepertinya sudah menduga bahwa aku akan mengambil keputusan untuk melawan geng tersebut setelah mendapatkan penjelasan tentang tanggung jawab dan konsekuensi sebagai pesilat. Namun mereka tidak menyangka bahwa aku akan melawan geng tersebut sendirian.
“Kamu melawan mereka sendirian? Kamu tidak apa-apa? Mana yang sakit atau terluka?”, tanya ibu tampak cemas dan mendekatiku, mencoba mengecek keadaanku.