Suatu hari setelah selesai dari mengikuti kegiatan klub di sekolah aku dan
Bunga dihadang beberapa murid. Setelah kuperhatikan diantara mereka adalah kakak
kelas-kakak kelas yang pernah merokok di atas gedung yang pernah kukalahkan.
Aku menjadi waspada dan bersiap untuk bertarung. Mereka mengatakan bahwa mereka
tidak ingin berkelahi. Mereka hanya mau mengajak kami menemui pemimpin geng
mereka di atas gedung. Karena aku ingin menyelesaikan permasalahanku tersebut
jadi aku mau mengikuti mereka.
Kami kemudian menuju ke atas gedung. Di atas gedung sudah menunggu seorang
kakak kelas yang disebut pemimpin geng SMA kami. Sepertinya dia murid kelas 3.
Dia menyuruh selain aku dan dia untuk turun (pergi) dari atas gedung karena dia
ingin berbicara berdua denganku saja. Kakak kelas- kakak kelas yang tadi
mengawal kami beranjak pergi dari atas gedung. Bunga juga mau beranjak pergi
tapi aku melarangnya. Aku bilang ke orang tersebut bahwa Bunga tetap disitu
menemaniku.
“Baiklah”, jawab pemimpin geng tersebut.
“Apa benar kamu mengalahkan 4 anak buahku di sini dengan gerakan silat?”,
tanyanya lebih lanjut.
“Ya”, jawabku singkat.
“Ayo bertarung satu lawan satu denganku”, katanya sambil memasang
kuda-kuda.